Mengenai Saya

Foto saya
jember, Jawa timur, Indonesia
Alumni fisika MIPA Universitas Jember


 Sejak beribu-ribu  tahun yang silam terdapatlah di suatu kota yang kuno dua orang bersaudara yang sedang menyambut terbitnya matahari pagi di rumah mereka pada musim kemarau yang indah. Rumah tersebut dirindangi dengan pohon-pohon anggur, dikelilingi oleh pohon yang indah dan anggun, diselimuti udara yang sejuk, dipenuhi dengan bunga dan pohon, dan semuanya serba indah.
Mereka sedang melihat ibunya yang sedang berjalan di kebun diantara pohon-pohon dan bunga-bunga. Kemudian terjadilah dialog diantara mereka berdua:
Adik ; “tidakkah Kau melihat seorang wanita yang lebih cantik dari temannya, sungguh seakan-akan dia seorang ratu.
Kakak; benar-benar cantik! tetapi tidak seperti ibu kita, sungguh pakaiannya indah sekali, tetapi wajahnya tidak menampakkkan sesuatu yang mulia, sedikit lembut dan simpati dan tidak tampak di wajahnya apa yang tampak pada wajah ibu kita seperti ketenangan, kelapangan dan kelembutan jiwa serta perasaan yang halus. Ibu kita ibarat ratu yang sesungguhnya.
Adik; Engkau benar wahai saudaraku! di kota ini tidak ada seorang wanita yang menyerupai sifat ratu kecuali ibu kita tercinta.
Ketika terjadi dialog, ibunya menemui mereka berdua. Beliau berpakaian putih sangat sederhana, tampak sempurna, penuh wibawa dan tidak memakai perhiasan cincin di jarinya dan kalung yang gemerlap, hanya bagian ujung kepalanya dihiasi dengan anyaman pita di rambutnya yang panjang  dan keemasan. Sungguh Allah telah menganugrahkan kepadanya perhiasan yang berharga berupa senyuman yang menawan dan wajahnya yang tampak ceria.
Kemudian ibunya menghampiri mereka berdua, “hai anakku ! Aku akan memberitahukan sesuatu kepada kalian berdua!, lalu mereka memperhatikannya dengan seksama, lantas kakaknya bertanya; berita apa yang Ibu akan beritahukan kepada kami ?
Beliau menjawab; kalian berdua akan makan siang bersama kami di kebun ini, dan akan melihat temanku dan permatanya yang indah yang sering engkau dengar. Lalu mereka terheran-heran dengan permata yang ada di jari-jari, tangan, leher dan kedua telinganya. Kemudian mereka terkejut dengan apa yang telah dikatakan ibunya tentang kotak permata milik temannya tersebut. Dalam hati mereka berkata “tidak mungkin nyonya itu memiliki permata lebih dari yang ia pakai. Tetapi mereka tetap tenang sampai melihat sesuatu yang sebenarnya dan menyaksikan sendiri permata berharga yang ada di kotak.
Tetkala mereka semua sarapan siang di kebun, lalu teman ibunya membuka kotak permata di hadapan mereka. Lantas mereka heran dengan permata yang ada di kotak tersebut. Didalamnya terdapat kalung dari intan putih yang berharga, seakan-akan permata itu jarang di jangkau oleh aqal, dilihat oleh mata. Permata tersebut mengandung unsur emas, intan berlian yang berkilau dan bersinar seperti sinarnya matahari yang terang, laksana permata ya’qut yang berwarna biru langit nan jernih.
Mereka melihat permata itu dengan kagum dan lama sekali memandangnya. Dalam hati adiknya berkata “aku berharap ibuku punya sesuatu dari permata ini yang berharga dan langka, niscaya dia akan menjadi orang yang paling baik dalam berhias. Tapi beliau tidak memiliki apapun darinya. Kemudian kotak tersebut ditutup, lalu dibawa pulang oleh pembantunya.
Setelah itu, dia bertanya kepada ibunya; Apakah benar apa yang dikatakan orang-orang bahwasanya kamu tidak memiliki permata wahai Aisyah? Apakah engkau seorang yang fakir seperti yang aku dengar?
Beliau menjawab: tidak! “aku bukan orang yang fakir seperti yang di duga oleh orang-orang. Tetapi aku adalah seorang yang kaya dan memiliki perhiasan yang lebih berharga dari permata ini.
Meskipun aku tidak memiliki permata yang indah dan emas yang berkilau, tapi kedua anakku, Muhammad dan Ali adalah permataku, perhiasanku, kekayaanku, dan buah hatiku. Di dunia tidak ada permata yang lebih berharga dari pada kedua anakku yang cerdas dan pintar. Mereka berdua merupakan contoh anak yang cerdas, pintar, ikhlas dan sempurna.
Kedua anak itu akan selalu ingat kebanggaan terhadap ibunya dan merasakan cinta kasih seorang ibu, serta berterima kasih atas didikannya dan rawatannya. Dan ketika di masa yang akan datang mereka menjadi seorang yang sukses maka pada hari itu mereka akan teringat adegan ini yang telah diperagakan oleh ibunya di kebun dan mereka akan memujinya dengan kelembutan hati ibunya.

0 komentar:

Posting Komentar

About