Mengenai Saya

Foto saya
jember, Jawa timur, Indonesia
Alumni fisika MIPA Universitas Jember

Pertanyaan aneh. Mungkin itu yang langsung terlintas dalam benak sebagian besar orang yang tiba-tiba diberi pertanyaan itu.
Para pelaku ekonomi mungkin malah menganggapnya sebagai gurauan belaka. Ekonomi dan Fisika, dua disiplin ilmu yang sangat jauh berbeda, bagaikan siang dan malam, matahari dan bulan, atau apa pun sebutannya untuk menggambarkan dua macam hal yang begitu berbedanya sehingga terlihat sangat tidak mungkin untuk dipertemukan. Apa benar keduanya tidak dapat dihubungkan sama sekali? Kapan siang bisa bertemu dengan malam? Kapan matahari bertemu dengan bulan? Jangan terburu-buru menganggap itu mustahil. Saat terjadi gerhana, siang pun menjadi segelap malam. Matahari pun berada di satu garis yang paralel dengan bulan. Keduanya sudah terlihat menyatu. Lalu apa yang bisa menghubungkan ekonomi dan fisika? Jawabannya adalah Econophysics atau Fisika Keuangan.
            Mengapa menggabungkan keduanya? Kita sudah tanggung nyaman dengan metode lama. Untuk apa dibuat pusing lagi dengan menggabungkan dua ilmu ini? Konsep fisika justru membantu penyederhanaan analisa fluktuasi ekonomi yang sangat kompleks dengan jumlah data yang begitu berlimpah. Ilmu fisika mampu memanipulasi data yang berlimpah ruah dan menyederhanakannya. Fluktuasi harga saham (stock market), perdagangan valuta asing (foreign exchange), maupun tingkat suku bunga, dapat dianalogikan dengan konsep-konsep gempa, turbulensi, radioaktif, tingkat energi dalam nukleus (inti) atom, dan komposisi partikel elementer. Fluktuasi harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti juga suatu sistem gas ideal yang dipengaruhi antara lain oleh suhu, tekanan, dan volume gas. Financial crashes, yang terjadi saat sebagian besar pelaku pasar tiba-tiba memutuskan secara bersamaan untuk menjual sahamnya, dianalogikan dengan titik Curie dalam konsep magnet (merupakan suhu saat material ferromagnetik berubah menjadi paramagnetik). Analogi ini menunjukkan bahwa titik terjadinya financial crashes pun dapat diramalkan menggunakan hukum-hukum fisika.
            Dalam proses produksi di pabrik ada kestabilan yang disebut steady state (keadaan tunak), yaitu keadaan saat semua variabel (termasuk suhu, konsentrasi zat terlarut, volume) tidak bergantung pada perubahan waktu. Jika sistem ini diberikan sedikit saja gangguan, misalnya suatu sistem aliran air bersih tiba-tiba diberi satu tetes tinta berwarna merah, maka sistem yang tadinya tunak tiba-tiba berubah menjadi non steady karena sudah ada variabel yang berubah terhadap waktu. Hal yang sama terjadi dalam dunia ekonomi saat keadaan ekonomi yang sudah begitu stabil sehingga relatif tidak ada perubahan dari waktu ke waktu tiba-tiba diberi sedikit saja gangguan kecil yang menyebabkan terjadinya perubahan besar. Kondisi ini dapat dianalisa menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika.
            Ilustrasi yang terakhir ini sangat jelas penerapannya dalam kehidupan ekonomi Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir justru berada dalam keadaan non steady karena pengaruh dari berbagai aspek, terutama aspek politik dan sosial. Suatu sistem aliran air yang sudah dicemari dengan satu tetes saja tinta merah dapat dibuat model matematikanya untuk memprediksi waktu dan kecepatan aliran yang dibutuhkan untuk membuang semua sisa-sisa tinta yang sudah langsung bercampur dengan air sampai air menjadi bersih kembali, atau sampai dicapainya keadaan tunak yang baru. Ini berarti bahwa keadaan ekonomi Indonesia pun dapat diprediksikan pergerakannya menggunakan prinsip-prinsip fisika yang sama. Bukan tidak mungkin bahwa dari econophysics ini dapat diprediksikan waktu yang dibutuhkan bagi Indonesia untuk mencapai keadaan ekonomi yang stabil.
           Jadi, dapatkah stock market dianalogikan dengan inti dari sebuah atom? Ya, menurut para ahli econophysics seperti Jean-Phillippe Bouchaud, Eugene Stanley, Rosario Mantegna, Marc Potters, Marcel Ausloos.
Inti atom sangat dipengaruhi oleh pergerakan elektron-elektronnya yang beredar mengelilinginya. Jika mendapatkan sedikit saja energi maka terjadi perubahan tingkat energi yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan elektron. Perubahan ini membuat atom menjadi tidak stabil (reaktif). Atom yang reaktif sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sekelilingnya. Sama seperti stock market yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor politik dan sosial. Variabel-variabel yang mempengaruhi suatu atom yang reaktif dianalogikan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi stock market, termasuk perhitungan risk management. Variabel-variabel tersebut kemudian dimasukkan dalam perhitungan yang menggunakan prinsip-prinsip fisika dengan bantuan matematika, misalnya perhitungan integral dan turunan, untuk menghasilkan suatu model yang sangat sederhana dan mudah untuk digunakan dalam prediksi fluktuasi stock market. Ahli fisika sangat berpengalaman dalam penyederhanaan model yang rumit yang melibatkan data dalam jumlah yang berlimpah sehingga hasil akhir yang didapatkan adalah model yang paling sederhana tetapi sudah memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi. Ada beberapa ahli ekonomi yang kurang mempercayai model yang dihasilkan para econophysists ini karena dirasakan terlalu sederhana. Padahal model yang dihasilkan itu cukup akurat karena sudah memasukkan semua variabel yang dapat mempengaruhi fluktuasi. Ini pernah diakui oleh Prediction Company (Santa Fe) yang bekerja sama dengan United Bank of Switzerland. Mereka menggunakan bantuan dari dua fisikawan ekonomi, J. Doyne Farmer dan Norman Packard, dalam prediksi pergerakan stock market. Keuntungan yang didapatkan perusahaan itu  dikatakan sebagai highly statistically significant (seperti dikutip dari buku The Predictors yang ditulis oleh Thomas A. Bass).

Jadi, jika fisika dapat menganalisa dan menyederhanakan persoalan inti atom yang sama kompleksnya dengan stock market, mengapa harus ragu menggunakan konsep yang sama untuk menganalisa dunia ekonomi? (***)
(Yohanes Surya)
            Dahulu orang mengatakan bahwa biologi tidak mungkin di gabungkan dengan fisika, kini biofisika dikenal sebagai  ilmu (cabang fisika) yang menerapkan fisika dalam biologi. Dahulu orang sukar membayangkan hubungan antara geologi dengan fisika, kini  para  geolog  akrab dengan geofisika sebagai ilmu yang menerapkan fisika dalam geologi. Dahulu orang tidak pernah membayangkan hubungan antara matematika dan ekonomi, kini para ekonom mengakui bahwa ekonometri sangat bermanfaat dalam ilmu ekonomi. Bagaimana dengan ekonofisika yang menerapkan fisika untuk menganalisa data-data ekonomi yang begitu kompleks? Sebagai suatu cabang fisika baru, tentu  wajar-wajar saja orang, termasuk beberapa fisikawan,  curiga dengan ilmu ini. Namun seperti pepatah mengatakan “anjing menggonggong kafilah berlalu”, ekonofisika terus melaju dengan publikasi-publikasi ilmiahnya. Ratusan publikasi ilmiah tentang ekonofisika telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah termasuk Physical Review, suatu jurnal fisika yang sangat bergengsi di dunia.
Apa yang terjadi pada biofisika, geofisika, ekonometri, dan ekonofisika akan terus berkembang untuk bidang-bidang lain. Pendekatan-pendekatan muldi disiplin dianggap mampu menyederhanakan persoalan dan memecahkan masalah yang semula dianggap tidak mungkin di selesaikan.
Pendekatan multi disiplin yang sekarang menjadi trend ini sudah lama berkembang. Salah satu kelompok  yang terkenal dengan pendekatan multidisiplin ini adalah  Santa Fe Institute (SFI) yang didirikan pada tahun 1984 di New Mexico, Amerika Serikat. 
SFI didirikan dengan membawa ‘mimpi’ besar para perintisnya untuk menyatukan berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika, komputer, fisika, kimia, biologi, neurobiologi, imunologi, ekologi, arkeologi, bahasa, ekonomi, keuangan, politik, sejarah, komunikasi, teknik manufaktur, bahkan ilmu aerospace. Sebagian besar orang yang baru pertama kali mendengar ide tentang pendekatan multi disiplin ini langsung membenarkan penggunaan istilah ‘mimpi’. Bagaimana mungkin semua disiplin ilmu yang begitu berbeda satu sama lain bisa dilebur menjadi satu? Lagipula, UNTUK APA ilmu-ilmu tersebut harus digabungkan? Apa manfaatnya? Setiap disiplin ilmu sudah memiliki kerumitan dan kompleksitasnya masing-masing; bukankah penggabungan ini justru akan menambah kerumitan tersebut? Ternyata mimpi bisa menjadi kenyataan. Banyak ilmuwan (satu di antaranya adalah Murray Gell-Mann, fisikawan pemenang Nobel Prize pada tahun 1969) mampu menunjukan bahwa berbagai  disiplin ilmu yang berbeda itu dapat dikaitkan satu sama lain menjadi suatu kesatuan. Manfaatnya pun sangat jelas, yaitu didapatkannya jalan keluar yang paling sederhana dari masalah-masalah yang paling rumit dan kompleks di masing-masing disiplin ilmu. 
Di usianya yang sudah hampir dua dekade, SFI telah banyak mempublikasikan  berbagai penelitiannya yang menggunakan pendekatan multi disiplin ini. Keberhasilan ini ternyata tetap dibayang-bayangi oleh keraguan berbagai pihak untuk mengakui bahwa pendekatan multi disiplin benar-benar dapat diterapkan. Banyak yang menuduh bahwa keberhasilan itu hanya merupakan kebetulan belaka. Gell-Mann, yang juga merupakan salah satu pendiri SFI, memilih menggunakan pepatah lama untuk menjawab kritikan ini: ‘A scientist would rather use someone else’s toothbrush than another scientist’s nomenclature’. Manusia, menurut Gell-Mann, ‘…are prone to superstition and often engage in denial of the obvious
Hal yang paling banyak diperdebatkan adalah menghubungkan ilmu-ilmu eksakta dengan ilmu-ilmu yang bersifat sosial dan yang melibatkan sifat dan perilaku manusia. Tidak banyak yang menyangkal bahwa ilmu fisika berhubungan erat dengan matematika dan kimia karena semuanya sama-sama tergolong dalam ilmu eksakta. Begitu pula halnya dengan penggabungan ilmu ekonomi dengan politik dan sosial. Serangan-serangan mulai terasa saat dimulainya usaha menghubungkan fisika dengan ekonomi, misalnya. Fisika adalah ilmu yang murni melibatkan variabel-variabel eksak, sedangkan ekonomi melibatkan interaksi sosial dan perilaku manusia yang, menurut sebagian besar orang, tidak dapat diramalkan. Karena sifat eksaknya, ilmu pasti langsung digolongkan sebagai sesuatu yang lebih sederhana (the simple), sedangkan ilmu-ilmu non eksakta, dengan segala ketidakpastiannya, dianggap sebagai sesuatu yang lebih kompleks (the complex). Buku The Quark and The Jaguar: Adventures in The Simple and The Complex yang ditulis oleh Gell-Mann membahas hubungan antara the simple (diwakili oleh quark dari dunia fisika) dan the complex (diwakili oleh jaguar sebagai salah satu unsur keanekaragaman alam). Ia mengakui bahwa permasalahan yang melibatkan makhluk hidup, terutama manusia dan interaksi sosialnya, memang jauh lebih rumit dan kompleks untuk dianalisa. Lebih rumit bukan berarti tidak mungkin. Kerumitan hanya menggambarkan bahwa proses analisa sistemnya membutuhkan waktu lebih lama daripada analisa sistem yang sederhana. Suatu complex pattern tetap memiliki keteraturan (regularities). Alam raya tersusun dari berbagai ketidakberaturan yang teratur sehingga disebut sebagai universe dan bukan multiverse. Istilah UNI (dari unity) ini diciptakan oleh manusia. Istilah ini dengan jelas menggambarkan pengakuan manusia akan adanya suatu kesatuan antara berbagai elemen alam yang saling berinteraksi. Inilah yang dikatakan Gell-Mann sebagai denial of the obvious.
Menurut penelitian multi disiplin, tindakan-tindakan sosial dan  perilaku manusia dalam membuat keputusan-keputusan besar (misalnya keputusan untuk membeli saham, membeli rumah, menikah, bahkan keputusan seorang pemimpin negara untuk memulai perang) maupun keputusan yang didasari spontanitas (misalnya gerak refleks, memuntahkan makanan yang dirasakan terlalu pedas, berteriak saat mendapatkan kejutan, tersenyum saat melihat dan merasakan sesuatu yang indah) merupakan suatu yang dapat diramalkan secara eksak. Penelitian-penelitian tentang jaringan otak manusia menunjukkan bahwa semua keputusan yang dibuat oleh manusia sudah direncanakan sebelumnya oleh sel-sel otak. Ini berarti bahwa jauh sebelum manusia itu memutuskan untuk melakukan suatu gerak refleks seperti berteriak saat mendapatkan kejutan, sel-sel otak sudah menyusun sistem yang mempersiapkan dan kemudian mendorong manusia untuk mengambil keputusan untuk berteriak. Jangka waktu antara pertama kali sel otak mulai bekerja menyusun sistem tersebut dengan titik saat keputusan itu dibuat dapat dihitung secara eksak.
Dengan menghitung secara eksak  perilaku manusia yang kompleks itu maka suatu saat kita dapat meramalkan kapan seorang pialang saham  memutuskan untuk menjual semua asetnya,  kapan seorang akan berubah menjadi teroris dan menyerang suatu negara, dan  kapan seorang pejabat pemerintahan akan melakukan korupsi. Memang  kemajuan teknologi manusia saat ini belum sampai pada tahap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi langkah awal untuk menuju ke sana sudah dimulai. Dan SFI sebagai salah satu pionir terus melaju merombak tradisi, melawan berbagai kritikan dan menunjukkan bahwa pendekatan multi disiplin inilah yang dapat membantu memecahkan banyak  masalah di dunia ini.
            Bagaimana dengan institusi-institusi di Indonesia? Beranikah kita  mencoba sesuatu yang baru? Beranikah kita merombak tradisi seperti yang telah dilakukan Santa Fe Institute? Ataukah kita masih tetap terikat dengan gaya ortodoks kita  yang tidak mau membuka diri pada kemajuan teknologi dan pendekatan multi disiplin ini? Akankah kita membiarkan bangsa kita  semakin tertinggal?(***)


(Yohanes Surya)
Bagaimana sih mendidik anak yang baik? Anak saya sangat nakal, tidak mau belajar, bagaimana caranya agar ia mau belajar? Anak saya sebenarnya pintar tapi  malasnya minta ampun, sehingga nilainya jelek, bagaimana membuat ia suka belajar? Bagaimana agar anak suka matematika? Anak saya paling benci fisika, gimana caranya agar ia suka fisika?  Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan sejenis diajukan ketika saya memberikan seminar-seminar di berbagai tempat di Indonesia.
Konsep mestakung dapat kita pakai untuk memotivasi anak. Caranya adalah dengan menempatkan anak pada kondisi kritis. Ketika anak berada pada kondisi kritis maka akan terjadi mestakung, dimana seluruh sel-sel tubuh akan bekerja bersama-sama menghasilkan suatu motivasi dari dalam. Bukan itu saja, nanti secara ajaib semesta (lingkungan sekitar) akan membantu/mendukung – Mestakung!
Kondisi kritis dapat diciptakan dengan memberikan akses seluas-luasnya bagi anak untuk untuk mengerjakan sesuatu yang positif tanpa paksaan. Seorang Ibu senang membaca. Di rumahnya banyak sekali buku. Ia tidak pernah memaksa anaknya membaca buku-buku dia. Tapi buku-bukunya mudah dijangkau anak-anaknya. Suatu hari anaknya yang berumur 9 tahun secara diam-diam membaca buku kisah hidup Napoleon Bonarparte. Anak itu terobsesi untuk menjadi jenderal seperti Napoleon – Anak ini kita katakan berada pada kondisi kritis. Mestakung terjadi, anak ini melahap banyak sekali buku pelajaran. Walau masih umur 9-10 tahun tapi sudah belajar matematika tingkat perguruan tinggi. Luar biasa kalau mestakung bekerja.
Seorang Ibu lain sering menyetel televisi untuk acara-acara sains. Anaknya yang berusia 10 tahun yang tadinya acuh tak acuh, suatu saat ikut menonton acara pelajaran kimia yang disajikan secara menarik. Selesai acara anak itu ingin menjadi ilmuwan yang hebat.- ia berada pada kondisi kritis. Motivasinya begitu kuat. Buku pelajaran kimia kelas 1-3 SMA dilalapnya hanya dalam waktu kurang dari setahun. Dan ia menjadi anak yang pintar bukan hanya kimia tetapi juga matematika.
Seorang ayah banyak mengoleksi buku-buku tentang Einstein. Anaknya penasaran dengan koleksi ini, diam-diam dia membaca dan membaca. Ia juga belajar sendiri fisika SMA terutama tentang teori gravitasi. Tidak puas dengan pelajaran SMA ia belajar pelajaran universitas tentang teori gravitasi Einstein. Akhirnya di usia 12 tahun ia berhasil menulis beberapa paper tentang teori gravitasi Einstein. Kini ia sedang kuliah dan membuat thesis di Swedia dengan beasiswa.
Cara lain untuk menempatkan anak pada kondisi kritis adalah dengan mempertemukan anak dengan ilmuwan hebat atau peraih Nobel, membawa anak ke acara-acara science fair, mempertemukan anak-anak dengan para juara  lomba internasional, mengajak ke museum sains, mengajak bermain dengan matematika, atau membawa ia ke konser musik.
Ketika anak itu sudah pada kondisi kritis dan termotivasi, langkah berikutnya adalah menyediakan fasilitas bagi  anak itu untuk  mencapai ambisinya itu. Disini kita hanya boleh  menyediakan fasilitas pendukung, tidak boleh memaksa anak. Paksaan tidak akan menimbulkan mestakung dalam diri anak. Sebaliknya akan membuat anak akan melakukan hal sebaliknya.

Selanjutnya adalah terus mendampingi anak, memenuhi segala kebutuhannya agar apa yang diimpi-impikan itu bisa tercapai. Disini pengorbanan orang tua sangat besar. Ibu Tuti bercerita bahwa ketika anaknya berusia 2,5 tahun,  keingintahuan anak ini  sangat besar, ia ingin belajar membaca dan ingin dibacakan buku. Ibu Tuti dengan sabar membacakan berbagai  buku dan ensiklopedi anak-anak  3 kali sehari, ini berlangsung terus hingga 1 tahun. Ibu Tuti pernah mengalami jenuh, kesal  dan bosan membacakan buku-buku itu. Tapi ia terus sabar. Tahu apa yang terjadi setelah anak itu berusia 4 tahun? Anak itu menjadi sangat cinta  baca dan tumbuh jadi anak yang pintar. Usia 9 tahun pengetahuan anak itu sangat luas dan ia bisa membuat cerita dan komik yang menarik. Sang Ibu menuai apa yang sudah ditabur dengan susah payah.(***)

(Yohanes Surya)
 Ada beberapa tahapan yang kita harus lewati. Tahapan ini saya namakan 3 hukum mestakung yang terdiri dari hukum Kritis, hukum Langkah dan hukum Tekun. Ketiga hukum ini saya namakan KRILANGKUN.  Krilangkun adalah singkatan dari KRItis, LANGkah dan TeKUN.
Siapa pun kita dan apa pun jabatan kita: pengusaha, guru, pedagang, pilot, dokter, sekretaris, karyawan, direktur, pejabat, hakim, bahkan supir dapat berubah dari biasa menjadi luar biasa dari good menjadi great dengan Krilangkun ini.
KRILANGKUN 1: Hukum Kritis

Pada setiap kondisi kritis ada jalan keluar“
Menurut hukum ini disetiap kondisi kritis ada jalan keluar. Ini mengingatkan kita untuk tidak kuatir ketika kita berada pada kondisi kritis. Malah kita harus bersyukur dengan kondisi kritis itu, karena kita tahu bahwa ada jalan keluar dari kondisi kritis ini. Bahkan kalau kita mau lebih sukses lagi kita harus menempatkan diri pada kondisi kritis, kita harus keluar dari zona kenyamanan kita. Menempatkan diri pada kondisi kritis dapat dilakukan dengan bermimpi sesuatu yang besar. Ciptakan kondisi kalau Anda tidak mendapatkan hal yang anda impikan itu  anda akan malu besar (misalnya dengan menceritakan impian ini ke banyak orang). Disini Anda harus benar-benar merasa kritis.
Contoh: Muhammad Ali di tahun 1964 ketika hendak melawan Sonny Liston, ia menempatkan diri pada kondisi kritis. Ia mengetuk-ngetuk pintu rumah tetangganya dan berteriak-teriak bahwa ia akan mengalahkan Sonny Liston. Ia berada pada kondisi kritis. Kondisi kritis ini memaksa ia untuk terus melangkah dan tekun (hukum kedua dan ketiga), akhirnya mestakung terjadi, sonny Liston waktu latihan cedera, sehingga ketika bertanding tidak bisa maksimal. Ia menyerah secara tiba-tiba pada ronde ketujuh.
Anda bisa menetapkan suatu tujuan yang tajam dan jelas, misalnya ingin menjadi juara dunia 3 tahun dari sekarang, ingin jadi ahli bedah nomor satu 10 tahun dari sekarang, ingin jadi guru yang terbaik dalam mengajar, ataupun ingin jadi pimpinan daerah (Camat, Bupati, Gubernur bahkan Presiden) 15 tahun dari sekarang, atau anda ingin jadi bisnismen hebat dalam 5 tahun mendatang, arsitek yang luarbiasa dalam 10 tahun mendatang, ahli komputer yang sangat hebat dalam 10 tahun mendatang, pemain sepakbola sekaliber Pele dalam 6 tahun mendatang dan sebagainya.
Atau sebagai direktur perusahaan, anda ingin penghasilan perusahaan naik 4 kali lipat dalam waktu dua tahun. Ataupun anda ingin  lepas dari Narkoba dalam 1 tahun mendatang. Atau seorang ingin sembuh dari penyakitnya yang sudah bertahun-tahun.
Kondisi kritis ini menyebabkan semesta bereaksi. Kondisi kritis ini akan menjadi semacam Lorentz Attractor (istilah dalam teori Chaos) yang akan menarik segala sesuatu disekeliling kita untuk mendukung kita keluar dari kondisi kritis ini.  Semesta akan mengatur diri membantu agar kondisi kritis ini terlewati.  Apa yang menjadi keinginan kita akan terwujud.
            Pada waktu berkunjung ke Halmahera Utara untuk memberikan orasi ilmiah di sebuah politeknik di sana, saya bertemu dengan Bupati Halmahera Utara, Hein Namotemo. Usai memberikan ceramah tentang Mestakung,  Pak Hein langsung menangkap ide ini dan langsung menentukan sasaran: Halmahera Utara Go International tahun 2010!  Pak Hein menempatkan diri pada kondisi kritis. Saat itulah mestakung terjadi. Semua jajaran staf Bupati siap mendukung. Pak Timisela, Kepala Dinas Pendidikan, segera membuat strategi bagaimana menyambut Halut 2010 ini. Untuk menggenjot prestasi, Pak Timisela menetapkan minimal nilai UAN untuk anak-anak di Halut adalah 7,5. Wow... suatu langkah berani! Suatu penempatan diri pada kondisi kritis. Inilah yang kita harus lakukan kalau ingin melihat mestakung bekerja melakukan perubahan-perubahan.
            Saya pernah membaca satu artikel bahwa Menko Kesra menetapkan nilai rata-rata minimal untuk tiga mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dinaikan dari 4,25 menjadi 5.00. Ini suatu kondisi kritis. Kita akan melihat bagaimana mestakung terjadi di sekolah-sekolah. Tiap sekolah akan berusaha mencapai nilai ini. Jika kebijakan ini dipertahankan terus dan dilaksanakan secara konsisten maka kondisi kritis ini akan terlewati. Setelah ini terlewati, kita bisa menciptakan kondisi kritis lainnya.
             Pada saat saya memberikan seminar mestakung dalam Olimpiade Sains antar pesantren-pesantren di seluruh Indonesia, ada seorang peserta berkata, “Pak, saya ingin jadi Menteri Kesehatan... Saya akan berjuang untuk mencapai itu.” Wooow sungguh luar biasa. 
 Pada seminar lainnya di Universitas Indonesia, beberapa orang mengungkapkan target-target pribadi untuk menjadi menteri, anggota DPR, bahkan ada yang mempunyai target jadi presiden. Luar biasa.... Kalau saja orang-orang Indonesia mempunyai target-target yang tinggi dan berusaha keras untuk mencapai itu, maka dalam 10 tahun mendatang, Indonesia akan menjadi negara yang luar biasa.
„Ciptakanlah kondisi-kondisi kritis maka Anda akan melihat bagaimana mestakung (alam semesta mendukung) membantu Anda melewati kondisi-kondisi kritis ini“
                                                ****
KRILANGKUN 2: LANGKAH
“Ketika Seorang  melangkah, ia akan melihat jalan keluar”
Ketika Anda sudah berada pada kondisi kritis. Anda harus melangkah.  Kalau Anda tidak melangkah Anda akan binasa oleh kondisi kritis itu. Seorang yang dikejar anjing galak (berada pada kondisi kritis) akan binasa jika ia tidak melangkah (lari). Mestakung tidak akan bekerja jika ia diam saja. Ketika kita melangkah itu, kita melihat jalan keluar terbuka.
Melangkahlah walaupun langkah itu kecil. Untuk mendaki gunung tinggi kita perlu melangkah walaupun kecil. Melangkah bisa dilakukan dengan membuat strategi, mensharingkan ide pada sebanyak mungkin orang, bergerak menuju sasaran ataupun mengajak teman untuk bersama-sama melewati kondisi kritis ini.
            Mao Ze Dong di tahun 1934 menetapkan sasaran untuk melakukan long march sepanjang 9000 km dengan puluhan ribu anak buahnya. Beliau melangkah dan melangkah. Melintasi gunung, lembah, meniti jalan setapak dengan menggunakan obor di waktu malam. Serangan tentara musuh,  penyakit, hujan, badai pasir, badai angin, dan berbagai rintangan harus dihadapi. Namun, dengan tekad teguh, akhirnya setelah setahun  sekitar 8000 orang tiba dengan selamat di akhir perjalanan yang sangat fantastis dan tampak tidak mungkin ini.
            Tahun 1984 saat saya masih mahasiswa jurusan Fisika di FMIPA UI, saya merasa terpanggil untuk mengembangkan pendidikan fisika yang asyik, mudah, dan menyenangkan di Indonesia. Namun, saya merasa ilmu yang saya peroleh dari S1 ini sangat kurang. Saya berkeinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Sayang, waktu itu saya tidak ada biaya sama sekali. Orang tua saya tidak akan mampu membiayai saya. Ketika baru di tingkat I dan tingkat II saja, saya hampir keluar dari UI jika tidak mendapat beasiswa supersemar, karena kami tidak mampu membayar uang kuliah.
            Tekad ke luar negeri ini begitu kuat. Saya harus melangkah. Kemudian saya memberi les privat. Uang les privat ini saya kumpulkan sedikit demi sedikit untuk membuat.... passport. Ya, passport. Banyak orang menganggap saya aneh, Ke luar negeri belum ada kepastiannya, kok sudah membuat passport?“ Teapi itulah.... kita harus berani melangkah. Ternyata tahun berikutnya, mestakung terjadi. Fisikawan Amerika Serikat datang ke Indonesia untuk meng-interview mahasiswa-mahasiswa Indonesia dan salah satu mahasiswa Indonesia yang lulus interview adalah saya. Saya pun mendapat beasiswa di Department of Physics The College of William and Mary Virginia.
            Rudy, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat mempunyai resep sukses yang unik. Dia tidak pernah menunda pekerjaan. Ketika dia mendapat tugas dari dosennya selama  seminggu atau sebulan, dia menyelesaikan tugas itu di hari pertama. Ini berbeda sekali dengan kebiasaan anak-anak muda yang sering menyelesaikan pekerjaan di menit-menit terakhir (the last minutes). Menurut Rudy, kalau dia bisa menyelesaikan tugas lebih awal, dia mempunyai waktu lebih untuk berpikir lebih banyak. Hidup menjadi berkurang stresnya. Kebiasaan ini dilakukan Rudy hingga dia bekerja. Dan hasilnya, Rudy selalu mendapat pujian dari atasannya atas segala pekerjaan yang begitu rapi. Sekarang dia sukses sebagai pengusaha. Kesuksesan Rudy didapatkan karena ia selalu menciptakan kondisi kritis,  melangkah dan tidak pernah menunda-nunda.
Tahun 2005  DKI menjadi tuan rumah Olimpiade Sains Nasional (OSN). Dikmenti (Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi) dan Dikdas (Dinas Pendidikan dasar) provinsi DKI Jakarta menargetkan menjadi juara OSN 2005 ini. Mereka melangkah! Mereka menyeleksi anak-anak berbakat. Men-training-nya secara intensif, mulai Januari hingga September 2005.  Mestakung terjadi! Semua bekerja bersama-sama untuk satu tujuan. Setiap saat, Kepala Dinas Pendidikan SMA, Bp. H. Margani dan Kepala Dinas Pendidikan SD/SLTP,  Ibu Dr. Sylviana Murni memeriksa kemajuan dari training intensif ini. Hasilnya, dibandingkan tahun 2004 DKI hanya menduduki peringkat 4 dengan  5 medali emas, menjadi peringkat 1 di tahun 2005 dengan 33 medali emas. Fantastis! Jonathan Mailoa, sang absolute winner Olimpiade Fisika Internasional dan Pangus, sang The Best Experiment Olimpiade Fisika Asia juga merupakan hasil dari pembinaan intensif ini.
 Dinas Pendidikan Papua, Bp. James Modouw senantiasa mendengungkan Papua tidak boleh kalah dengan daerah lain. Papua harus bisa juara di tingkat internasional. Semua ini ditargetkan sejak tahun 2003. Walaupun penuh tantangan di awal, namun Bp. James Modouw maju dan maju terus. Mestakung terjadi! Anak-anak cerdas Papua bermunculan. Hasilnya, Septinus George Saa menjadi juara The First Step to Nobel Prize in Physics 2004, Anike Bowaire menjadi juara The First Step to Nobel Prize in Physics 2005, dan Surya Bonay menjadi juara The First Step to Nobel Prize in Chemistry 2006. Salah satu siswa berbakatnya, Andrey Awoitauw, berhasil meraih medali emas matematika OSN, mengalahkan juara dunia matematika, Ivan Kristanto, dari Jakarta. Luar biasa kalau kita mau melangkah!!!
 Dinas Pendidikan Jawa Tengah menargetkan tahun 2006 menjadi juara OSN. Segala persiapan dilakukan, mereka belajar dari DKI. Mestakung terjadi. Guru, siswa, pejabat-pejabat di dinas pendidikan termotivasi untuk mencapai target ini. Mereka bekerja keras luar biasa. Hasilnya, Jawa Tengah berhasil menjadi juara OSN 2006 dengan 19 medali emas. Padahal tahun 2005 mereka hanya peringkat 4.  Luar biasa!!!
« Ketika kita melangkah, jalan keluar terbuka, semesta (diri kita, lingkungan baik yang dekat maupun yang jauh) bersiap  mengatur diri untuk membantu kita keluar dari kondisi kritis»
                                                            *********
KRILANGKUN 3: Tekun
« Ketika seorang tekun melangkah ia akan mengalami mestakung »
Ketika kita melangkah, di tengah jalan kita akan melihat ombak dan merasakan terpaan angin. Jangan takut. Kita harus terus melangkah dengan tekun. Ketika kita tekun melangkah itulah Mestakung akan bekerja habis-habisan untuk kita. Ketekunan dan konsistensi kita dalam melangkah akan merangsang mestakung sehingga apa pun yang menjadi tujuan kita,  akan kita peroleh. Tekun dan maju terus sampai garis finish, jangan berhenti atau menyerah di tengah jalan. Kita harus  melupakan apa yang dibelakang kita yang menghambat kita, dan  menujukan pikiran dan langkah kita pada apa yang ada di depan kita. Maju dan maju terus.
            Pada pertandingan piala Eropa 1999 antara Bayern Munich dan Manchester United terjadi peristiwa dramatis yang luar biasa. Selama 90 menit pertandingan berlangsung, skor saat itu adalah 1-0 untuk Bayern Munich. Namun, pemain-pemain MU terus menekan. Akhirnya, pada waktu tambahan (injury time), pemain MU, Sherringham dan Solksjaer, secara spektakular mencetak masing-masing satu gol dalam waktu hanya 2 menit 58 detik, membalikkan skor menjadi 2-1 untuk kemenangan MU.             Setelah itu, 35 detik kemudian wasit meniup panjang tanda pertandingan usai. Para suporter dan para pemain BM tertunduk lesu. Kemenangan yang sudah di tangan lenyap begitu saja dalam waktu 3 menit. Sebaliknya, para suporter dan pemain MU terlihat begitu meluap-luap kegembiraannya. Mereka telah menggunakan waktu sebaik-baiknya, tetap tekun berjuang keras sampai akhir pertandingan.
            Wahid Supriadi, Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne, bercerita waktu kami berkunjung ke Melbourne. Wahid merencanakan diadakannya Festival Indonesia di Melbourne 14-17 September 2006. Menurut Wahid, kantor tidak bisa membiayai karena KJRI tidak lagi mendapat dana promosi dari pusat. Mereka harus memutar otak untuk mencari dana hampir Rp. 670 juta bagi penyelenggaraan Festival ini. Wahid tidak gentar. KJRI mendirikan Lembaga Independen Festival Indonesi Inc. dengan modal nol!
Mereka mengirim surat ke ratusan perusahaan/institusi potensial baik di Australia maupun di Indonesia. Surat juga disebar ke seluruh Pemda, baik Indonesia maupun Australia, yang meminta dukungan agar Pemda dapat hadir dan membawa para pengusaha. Namun, responnya sangat menyedihkan. Apakah Wahid menyerah? Tidak! Wahid merasa bahwa dia sudah sampai pada titik point of no return. Dalam kondisi kritis seperti inilah terjadi mestakung. Wahid membangkitkan semangat para penyelenggara, menyusun strategi, menghubungi semua kontak baik individu maupun lembaga-lembaga swasta dan pemerintah yang masuk dalam mailing list KJRI, dan menjual program-program FI.
Tahu apa yang terjadi? Terjadilah Mestakung di mana-mana. Mahasiswa-mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Australia menyingsingkan lengan bajunya. Mereka bekerja bersama-sama, mengatur acara, mencari dana, mengundang orang-orang terkenal dari Indonesia untuk acara seminar, mengundang para penari untuk menunjukkan budaya Indonesia, dan sebagainya. Beberapa Pemda mulai menunjukkan komitmennya, para sponsor pelan-pelan mulai menghubungi panitia, dan juga kalangan pengusaha mulai mendaftarkan diri untuk ikut konferensi walaupun harus membayar. Bahkan dalam minggu-minggu terakhir beberapa sponsor utama datang dan menyatakan komitmennya untuk membantu festival tersebut.
Ribuan orang datang ke Federal Court di Melbourne untuk menyaksikan Festival yang luar biasa ini. Selama dua hari festival budaya, makanan, dan perdagangan dihadiri sekitar 67 ribu orang, sementara business conference dihadiri sekitar 150 pengusaha, pejabat Pemda baik dari Indonesia maupun Australia. Luar biasa! Selesai acara, pemerintah kota Melbourne memberikan pujian dan meminta agar acara ini dapat diselenggarakan secara rutin setiap tahun di Melbourne. Pemerintah Melbourne bahkan berjanji akan mendukung termasuk pendanaannya. Luar biasa! Suatu karya yang indah terjadi kalau kita tekun mengerjakan apa yang sudah ditargetkan.
Yang terakhir “the last but not the least” dalam melangkah dan tekun berjuang, yang harus juga diperhatikan adalah  faktor spiritual (saya namakan ini factor plus,  +). Spiritual atau iman yang kuat akan memberi kekuatan ekstra ketika kita berada pada kondisi kritis. Kepercayaan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa akan membuat kita tekun melangkah hingga ke garis akhir kemenangan.
“Doa merupakan kekuatan untuk tetap tekun sehingga mestakung dapat bekerja”

 yohanes surya
            Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah fisikawan mencoba mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dunia ekonomi. Para ahli ekonofisika ini memusatkan perhatian mereka dalam usaha memahami fenomena statistik yang ditemui dalam fluktuasi harga di dunia ekonomi. Apakah dunia fisika sudah kehabisan persoalan untuk dipecahkan sehingga para fisikawan ini mulai mengintip dunia ekonomi? Mengapa para ahli fisika harus peduli dengan apa yang terjadi di suatu stock market? Apakah mungkin mereka sudah bosan mengutak-atik inti atom dan kapasitor listrik?
            Justru sebaliknya. Dunia ekonomi memiliki berbagai persoalan menarik yang disertai juga dengan sejumlah data yang harus dianalisa. Bagi para ahli fisika, dinamika suatu sistem yang berfluktuasi secara kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai elemen yang saling berinteraksi, merupakan suatu tantangan ilmiah tersendiri. Dalam proses analisanya mereka tetap menggunakan teknik eksperimen dengan konsep-konsep fisika yang sudah mereka kenal. Kemampuan analisa sistem yang kompleks ini ditunjang juga dengan pengetahuan matematika dan komputer untuk membantu penyederhanaannya. Tetapi yang menjadi alasan utama para fisikawan mulai merambah dunia ekonomi adalah bahwa kehidupan semua orang, termasuk mereka sendiri, sangat dipengaruhi oleh perilaku dunia ekonomi. Jika suatu negara menghadapi financial crashes karena jatuhnya harga saham, penduduk paling miskin di negara yang bersangkutan, yang mungkin tidak memiliki saham, tetap merasakan akibatnya.
            Lalu bagaimana cara pengaplikasian konsep fisika ini dalam menganalisa fluktuasi harga? Dalam mengawali suatu eksperimen yang melibatkan data dalam jumlah berlimpah, para ahli fisika menggunakan pendekatan empiris. Data empiris tersedia dalam jumlah sangat berlimpah di dunia ekonomi. Tetapi hubungan yang jelas antara data-data tersebut belum dapat didefinisikan secara pasti.
Benoit Mandelbrot (1963) berhasil menganalisa fluktuasi harga yang terjadi dalam pasar komoditi kapas. Analisa ini melibatkan 1000 data dalam tiga set data yang berbeda. Hasil analisa yang diplot dalam kurva fungsi distribusi kumulatif menunjukkan perilaku yang mengikuti aturan Power Law. Gopikrishnan menggunakan prinsip analisa yang sama untuk meneliti fluktuasi saham dengan jumlah data mencapai 40 juta. Hasil penelitiannya menunjukkan perilaku yang juga mengikuti aturan Power Law.
            Keberhasilan analisa menggunakan prinsip-prinsip fisika ini bukan hanya didapatkan dalam penelitian fluktuasi harga. Persoalan lain di dunia ekonomi, seperti analisa untuk meneliti hubungan antara saham-saham yang berbeda, sudah mulai memiliki titik terang. Metode yang digunakan untuk analisa ini melibatkan metode Random Matrix Theory (RMT) yang biasa digunakan ahli fisika untuk menganalisa spektrum inti atom yang kompleks.         
Penelitian lebih lanjut menganalisa pengaruh perkembangan suatu sektor industri terhadap sektor industri lainnya, termasuk industri yang saling berkaitan maupun yang tidak saling mempengaruhi secara langsung. Ilustrasi yang diangkat oleh Eugene Stanley seorang pelopor ekonofisika menunjukkan interaksi langsung antara perusahaan General Motors dan Ford. Jika General Motors memiliki masalah dengan kualitasnya, tentu pelanggan mereka akan langsung mencari pengganti yang dapat menawarkan kualitas yang lebih baik, misalnya Ford. Perusahaan Ford harus mempekerjakan lebih banyak orang untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat itu. Meningkatnya jumlah tenaga kerja ini pada akhirnya mempengaruhi suatu industri makanan untuk memperbesar produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan para tenaga kerja tersebut. Fenomena ini merupakan pengaruh tidak langsung yang dapat diamati. Para ahli ekonofisika menganalogikannya dengan interaksi feromagnetik dengan antiferomagnetik.

Berbagai penemuan yang sudah dihasilkan para ahli ekonofisika selama dekade terakhir ini sangat besar manfaatnya dalam menganalisa dunia ekonomi yang penuh kompleksitas. Tetapi sebagian besar orang masih selalu melontarkan pertanyaan klasik: Di mana buktinya bahwa fisika dapat menyederhanakan persoalan kompleks dunia ekonomi, dan apakah penyederhanaan tersebut benar-benar dapat diaplikasikan untuk menganalisa persoalan ekonomi? Bagaimana jika sekarang pertanyaan itu dikembalikan kepada mereka sendiri? Adakah yang dapat membuktikan bahwa fisika tidak dapat menyumbangkan sesuatu untuk dunia ekonomi? Adakah yang dapat membuktikan bahwa analogi-analogi yang digunakan tidak dapat mewakili persoalan ekonomi? Mungkin ini saatnya bagi para ahli ekonomi untuk mulai memperluas sudut pandang mereka tentang fisika. (***) (Yohanes Surya

About