Mengenai Saya

Foto saya
jember, Jawa timur, Indonesia
Alumni fisika MIPA Universitas Jember



Apa yang terjadi ketika kita menuangkan pasir sedikit demi sedikit ke atas lantai? Ya betul, pasir akan membentuk suatu bukit pasir kecil. Jika kita terus menuangkan pasir, bukit pasir ini makin lama makin besar dan makin tinggi. Ketika bukit pasir mencapai suatu ketinggian tertentu yang kita sebut ketinggian kritis terjadilah suatu  keanehan. Pada ketinggian kritis ketika kita terus menjatuhkan butir pasir, butir-butir pasir ini mengatur dirinya, mempertahankan agar kemiringan bukit pasir tidak berubah.  Memang bukit semakin besar, tetapi kemiringan tetap sama.  Aneh bukan? Sepertinya pasir-pasir ini punya otak untuk menghitung agar kemiringan bukit pasir tidak berubah.
            Peristiwa pengaturan diri seperti yang terjadi pada pembentukan bukit pasir ini merupakan satu diantara ribuan bahkan jutaan peristiwa pengaturan diri yang terjadi di alam ini. Peristiwa-peristiwa pengaturan diri ini  terjadi ketika suatu sistem berada pada kondisi kritis. Pada kondisi kritis, tiap individu berinteraksi dengan individu-individu lain. Kemudian individu-individu ini secara bersama-sama mengatur dirinya (self organizing criticality) sehingga mem-brojol-lah (emerge) sesuatu keadaan yang baru, yang berbeda dari biasanya. Dalam fisika, proses pengaturan diri pada kondisi kritis dikenal sebagai fenomena kritis (critical phenomena).
            Apa yang terjadi pada air yang berada dalam kondisi kritis (kondisi dimana air berada dalam wujud cair dan gas secara bersamaan yaitu ketika air berada pada  tekanan 218 kali tekanan udara normal dan  suhu 3740C)? Disini juga terjadi proses pengaturan diri (self organizing criticality). Ketika suhu air kritis ini diturunkan sedikiiit saja, secara tiba-tiba seluruh molekul (tidak hanya satu, ya seluruh molekul), sepertinya ada yang menyuruh,  mengubah air kritis menjadi cair. Atau ketika tekanan diturunkan sedikiit saja, maka secara tiba-tiba seluruh molekul akan mengubah air ini menjadi gas.
            Proses pengaturan diri ini terjadi juga pada fenomena magnet yang dipanaskan sampai suhu kritis  yang dinamakan suhu Curie. Magnet yang dipanaskan melewati suhu kritis ini    secara tiba-tiba dapat kehilangan sifat magnetnya.  Ataupun pada fenomena superkonduktor yaitu ketika suatu material didinginkan hingga suhu tertentu yang kita namakan suhu kritis,  secara tiba-tiba kehilangan hambatan listriknya.
            Dalam biologi peristiwa pengaturan diri ini terjadi pada angsa-angsa yang hidup didaerah 4 musim. Ketika musim dingin tiba angsa-angsa berada pada kondisi kritis. Jika mereka diam ditempat mereka akan mati, sebaliknya jika mereka harus terbang sendiri ribuan kilometer mencari daerah hangat, mereka juga akan mati (tidak sanggup terbang sejauh itu). Pada kondisi kritis ini terjadilah pengaturan diri,  angsa-angsa ini secara ajaib membentuk suatu kelompok dan terbang dalam suatu formasi berbentuk huruf “V”. Pada formasi ini angsa terdepan  mengeluarkan tenaga paling besar,  ia membuka jalur udara untuk angsa-angsa dibelakangnya, sehingga angsa dibelakangnya dapat menghemat energi. Ketika angsa terdepan ini lelah, angsa dibelakangnya menggantikannya. Mereka mengatur diri hingga mereka bisa keluar dari kondisi kritis ini.
            Ketika seorang dikejar anjing galak, orang itu berada pada kondisi kritis. Disini sel-sel tubuh orang ini mengatur diri. Sel-sel ini secara serentak mengubah ATP (adenin Tri phospat) menjadi ADP (adenin diphospat) dengan melepaskan phospatnya. Pengubahan ini menghasilkan energi ekstra yang digunakan untuk keluar dari kondisi kritis ini. Yang semula orang itu hanya bisa melompat 1 meter, kini secara tiba-tiba mampu melompat lebih dari 1,5 meter.
            Ketika mengikuti acara pemberian medali Olimpiade Fisika Internasional, saat nama sang absolute winner (juara) diumumkan, secara serentak penonton berdiri memberikan tepuk tangan yang terus menerus, dengan irama yang enak didengar. Kembali kondisi kritis mendorong pengaturan diri (self organizing).
            Peristiwa pengaturan diri pada kondisi kritis (Self organizing criticality) ini terjadi juga dalam bisnis atau kehidupan sosial. Seorang pebisnis ketika bisnisnya berada pada kondisi kritis, secara tiba-tiba menemukan jalan keluar, ada proses pengaturan diri dimana lingkungan (semesta) membantu dia untuk keluar dari krisisnya. Mereka sering namakan ini invisible hand. Atau seorang yang ingin sekali sembuh dari penyakitnya secara ajaib mendapat petunjuk dari sekelilingnya (dari temannya, saudaranya ataupun dari alam sekelilingnya) untuk sembuh dari penyakitnya. Alam mengatur dirinya untuk ia keluar dari kondisi kritis. Menurut suatu penelitian tubuh kita sudah mempunyai mekanisme sendiri untuk menyembuhkan berbagai penyakit melalui pengaturan sel-sel tubuhnya.
            Peristiwa pengaturan diri pada keadaan kritis (self organizing criticality) untuk mengeluarkan  kita dari kondisi kritis ini saya namakan MESTAKUNG (MES = seMESta, KUNG = menduKUNG). Ketika terjadi kondisi kritis  Tuhan telah menyediakan semesta (yang dimaksud semesta dalam hal ini adalah sel-sel tubuh kita, pikiran, keluarga, teman, lingkungan dan alam sekitar kita) yang akan mengatur diri untuk membantu kita keluar dari kondisi ini.
Hukum Alam
Self organizing Criticality atau Mestakung ini merupakan  hukum alam. Sama seperti  hukum-hukum alam lainnya (misalnya hukum Gravitasi, hukum benda terapung dsb), hukum ini akan bekerja tidak tergantung pada apakah kita percaya atau tidak. Benda yang dilepas di atas permukaan bumi akan jatuh ke bawah, tidak pernah jatuh ke atas terlepas kita percaya atau tidak.  Demikian hukum Mestakung ini akan bekerja pada siapa saja terlepas kita percaya atau tidak, terlepas kita agama, suku, atau ras apapun.
Hukum Mestakung ini terdiri dari 3 hukum yang saya ringkaskan sebagai Krilangkun (merupakan singkatan dari kata KRItis, LANGkah dan teKUN). Hukum ini berbunyi sebagai berikut:
Hukum 1: hukum Kritis
„Pada setiap kondisi KRITIS    ada jalan keluar“
Hukum 2: hukum Langkah
„Ketika seorang MELANGKAH, ia akan melihat jalan keluar“
Hukum 3: hukum Tekun
„Ketika seorang TEKUN  melangkah, ia akan mengalami mestakung (semesta mendukung).
Penjelasan hukum 1:
            Telah kita lihat  dalam berbagai contoh di atas bahwa pada setiap kondisi kritis pasti ada jalan untuk keluar dari kondisi kritis itu. Semua agama mengajarkan bahwa kalau kita berada dalam kondisi kritis jangan menyerah, Tuhan Yang Maha Kuasa sudah menyediakan jalan keluar.
Ada dua jenis kondisi kritis: kondisi kritis sekarang  dan kondisi kritis yang diciptakan.
Kondisi kritis sekarang maksudnya adalah kondisi kritis yang sedang dialami atau sedang menimpa saat ini. Misalnya pada contoh diatas  angsa yang sedang menghadapi musim dingin ataupun orang yang sedang dikejar anjing. Contoh lain adalah  mereka yang sedang sakit, atau menghadapi masalah keluarga, masalah bisnis (hutang yang tidak terbayar) atau masalah apapun juga. Hukum ini mengatakan bahwa pada masalah-masalah ini ada jalan keluar. Jadi jangan takut, percayalah bahwa telah tersedia jalan keluar.
Kondisi kritis yang diciptakan adalah kondisi kritis yang kita buat sendiri. Misalnya pada contoh diatas adalah tentang pasir yang dituangkan membentuk bukit pasir ataupun air yang dibuat pada keadaan kritis. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menciptakan kondisi kritis yaitu dengan keluar dari zona kenyamanan (comfort zone) kita. Kita bisa membuat target-target yang tinggi misalnya penghasilan yang dua kali lipat lebih besar, juara dalam pertandingan tingkat dunia, membangun gereja besar, mengerti suatu hukum alam, menjadi peraih Nobel, mempunyai keluarga yang sejahtera, mendirikan sekolah ataupun mendirikan rumah sakit. Bagi mereka yang menginginkan suatu perubahan, ciptakanlah kondisi kondisi kritis berupa target-target yang tinggi.  
Penjelasan hukum 2:
Kalau kita mau melihat jalan keluar dari kondisi kritis, kita harus melangkah yaitu dengan membuat strategi untuk menyelesaikan masalah itu, rajin bertanya pada banyak orang, meminta bantuan dan nasehat orang bijak, sharing (bercerita) pada orang disekitar kita, membaca buku dan literatur, belajar dari orang yang berhasil keluar dari kondisi yang mirip, berlatih keras, ataupun merenung sambil berpikir.
Ketika kita melangkah inilah kita akan melihat titik-titik terang berupa pemecahan masalah.  Magnet pada kondisi kritis tidak mungkin kehilangan kemagnetannya kalau kita tidak menaikan suhunya. Suatu bahan superkonduktor yang berada pada suhu kritis tidak akan menjadi superkonduktor jika suhunya tidak diturunkan sedikit lagi. Angsa-angsa tidak mungkin keluar dari kondisi kritisnya jika ia tidak bertemu dengan angsa-angsa lain untuk terbang bersama. Orang yang dikejar anjing tidak mungkin lepas dari gigitan anjing jika tidak melangkah lari. Seorang yang ingin jadi presiden tidak mungkin bisa jadi presiden jika tidak membuat strategi kesana. Seorang yang ingin sembuh tidak mungkin sembuh jika tidak mencari jalan atau nasehat orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami hal yang sama.
Penjelasan hukum 3:
Pada kondisi kritis, ketika kita terus melangkah dan melangkah dengan tekun, maka kita akan melihat mestakung, semesta mendukung kita untuk keluar dari kondisi kritis. Tuhan telah menciptakan semesta untuk kita keluar dari kondisi kritis ini. Mestakung hanya bekerja ketika kita tekun. Sel-sel orang yang dikejar anjing tidak mungkin menghasilkan energi yang lebih jika orang itu tidak tekun berlari dan berlari. Seorang Jonathan Pradhana Mailoa tidak mungkin jadi absolute winner olimpiade fisika ke 38 di Singapura jika tidak tekun berlatih dan berlatih (ketika berlatih dan berlatih keras inilah semesta mendukung, para pelatih terdorong untuk memberikan buku dan materi yang tepat, para sponsor terdorong untuk memberikan dana bagi pelatihan, keluarga mendukung, sekolah dan yayasannya mendukung, teman-temannya mendukung, semua mendukung sehingga apa yang diimpi-impikan oleh Jonathan berupa medali emas olimpiade fisika bisa tercapai).
Seorang Wahid Supriadi Supriadi tidak mungkin membuat Festival Indonesia di Melbourne. Menurut apa yang saya dengan dari Wahid Supriadi, Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne KJRI tidak punya dana promosi untuk menyelenggarakan festival Indonesia ini. Mereka harus memutar otak untuk mencari dana. Mereka melangkah,  KJRI mendirikan Lembaga Independen Festival Indonesia Inc. dengan modal nol! Mereka melangkah lagi, mengirim surat ke ratusan perusahaan/institusi potensial baik di Australia maupun di Indonesia untuk minta dukungan. Namun, responnya sangat menyedihkan. Apakah mereka menyerah? Tidak! Pak Wahid tekun melangkah,  membangkitkan semangat para penyelenggara, menyusun strategi, menghubungi semua kontak baik individu maupun lembaga-lembaga swasta dan pemerintah yang masuk dalam mailing list KJRI, dan menjual program-program FI. Tahu apa yang terjadi? Terjadilah Mestakung di mana-mana. Mahasiswa-mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Australia menyingsingkan lengan bajunya. Mereka bekerja bersama-sama, mengatur acara, mencari dana, mengundang orang-orang terkenal dari Indonesia untuk acara seminar, mengundang para penari untuk menunjukkan budaya Indonesia, dan sebagainya. Beberapa Pemda mulai menunjukkan komitmennya, para sponsor pelan-pelan mulai menghubungi panitia, dan juga kalangan pengusaha mulai mendaftarkan diri untuk ikut konferensi walaupun harus membayar. Bahkan dalam minggu-minggu terakhir beberapa sponsor utama datang dan menyatakan komitmennya untuk membantu festival tersebut. Ribuan orang datang ke Federal Court di Melbourne untuk menyaksikan Festival yang luar biasa ini. Selama dua hari festival budaya, makanan, dan perdagangan dihadiri sekitar 67 ribu orang, sementara business conference dihadiri sekitar 150 pengusaha, pejabat Pemda baik dari Indonesia maupun Australia. Luar biasa! Selesai acara, pemerintah kota Melbourne memberikan pujian dan meminta agar acara ini dapat diselenggarakan secara rutin setiap tahun di Melbourne. Pemerintah Melbourne bahkan berjanji akan mendukung termasuk pendanaannya. Luar biasa! Ketekunan membangkitkan mestakung yang membantu keluar dari kondisi kritis.
Apakah Mestakung meniadakan peran Tuhan?
Ada yang bertanya pada saya apakah dengan adanya Mestakung, tidak ada lagi peran Tuhan? Jika tidak ada peran Tuhan apakah Tuhan itu perlu ada?
Dalam konsep mestakung, kita mengenal Tuhan sebagai pencipta Mestakung. Tuhanlah yang menciptakan semesta  yang dapat mengatur diri ketika suatu sistem disekitarnya berada pada keadaan kritis,  untuk membantu sistem itu keluar dari kondisi kritis. Disini peran Tuhan sangat jelas. Tanpa Tuhan tidak akan ada mestakung. Tanpa Tuhan tidak pernah ada konsep pengaturan diri sendiri yang begitu indah.


(Yohanes Surya)


0 komentar:

Posting Komentar

About