Proses
Fotosintesis terdiri dari dua tahap
yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan
air serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah
karbon dioksida menjadi gula.
Hingga sekarang fotosintesis masih
terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan,
meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses
fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan
alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
Pada tumbuhan, organ utama tempat
berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel
inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke
jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi
fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya
tetapi memerlukan karbon
dioksida). Reaksi terang terjadi pada grana
(tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.
Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi
cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi
seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2
dan energi (ATP dan NADPH).
Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada
proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya Matahari. Reaksi gelap bertujuan
untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Organisme
fotosintesis itu autotrof,
yang berarti bahwa mereka menyimpan energi, mereka dapat menyintesis makanan langsung ari karbondioksida,
air, dan menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai bagian
dari energi potensial
mereka. Akan tetapi, tidak semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber
energi untuk melaksanakan fotosintesis, karena fotoheterotrof
menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber energi.
Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini
disebut fotosintesis oksigen.
Walaupun ada beberapa perbedaan antara fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga,
dan cyanobacteria, secara umum prosesnya cukup mirip
pada organisme-organisme tersebut. Akan tetapi, ada beberapa jenis bakteri yang
melakukan fotosintesis
anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan
oksigen.
Karbondioksida diubah menjadi gula dalam
suatu proses yang disebut fiksasi
karbon. Fiksasi karbon adalah reaksi redoks,
jadi fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melakukan proses ini, dan
elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi
reduksi. Secara umum, fotosintesis adalah kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa
lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan menghasilkan
energi kimia. Namun, dua proses itu berlangsung melalui rangkaian reaksi kimia
yang berbeda dan pada kompartemen sel yang berbeda.
Persamaan umum untuk fotosintesis adalah sebagai
berikut:
Karbondioksida + donor elektron + energi
cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi
Pada fotosintesis okesigen air adalah donor elektron dan, karena merupakan hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk
proses ini adalah:
karbondioksida
+ air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + air
Seringkali 2n molekul air dibatalkan pada
kedua pihak, sehingga menghasilkan:
karbondioksida
+ air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen
Proses lainnya menggantikan senyawa
lainnya (Seperti arsenit)
dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari
untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat:
Persamaan untuk reaksinya adalah sebagai berikut:
karbondioksida
+ arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan untuk membuat
senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)
Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, reaksi terang
atau reaksi cahaya menyerap
energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan energi ATP dan NADPH.
Pada tahap kedua, reaksi gelap
menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida.
Sebagian besar organisme yang melakukan
fotosintesis untuk menghasilkan oksigen menggunakan cahaya
nampak untuk melakukannya, meskipun setidaknya tiga menggunakan radiasi inframerah.
Reaksi
terang
Reaksi
terang fotosintesis pada membran tilakoid
Reaksi terang adalah proses untuk
menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses
diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen
sebagai antena.[37]
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem
yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.[38] Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700,
yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang
gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan
optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38]
Mekanisme reaksi terang diawali dengan
tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil
pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi tidak stabil.[38] Untuk menstabilkan kembali, PS II akan
mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan
dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim.[38] Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di
lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air,
selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.[38] Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan
elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II
adalah[38]:
2H2O
+ 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk
membawa elektron dari PS II ke PS I dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi
protein kecil yang sangat mudah bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan
plastosianin (PC).[38] Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya
pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid.[38] Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f
kompleks adalah[38]:
2PQH2
+ 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan
diterima oleh fotosistem I.[38] Fotosistem ini menyerap energi cahaya
terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan, yang menerima
elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu.[38] Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya,
PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke
protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.[38] Reaksi keseluruhan pada PS I adalah[38]:
Cahaya
+ 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elektron dari feredoksin
digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP+ dan
membentuk NADPH.[38] Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh
enzim feredoksin-NADP+ reduktase.[38] Reaksinya adalah[38]:
4Fd
(Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran
tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase.[1] ATP sintase akan menggandengkan pembentukan
ATP dengan pengangkutan elektron dan H+ melintasi membran tilakoid.[1] Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP
sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.[1] Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi
terang adalah sebagai berikut[1]:
Sinar
+ ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
Pada tanaman, reaksi
terang terjadi pada membran
tilakoid di kloroplas dan
menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang
memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton
diserap pada kompleks
antena fotosistem
II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen
aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi
fotosistem II memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang
berdekatan dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul penerima
elektron, yaitu feopftin, melalui sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini
dipindahkan melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z,
yang pada awalnya berfungsi untuk menghasilkan potensi
kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk
menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH
adalah produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul
klorofil pada fofosistem
II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem.
Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk
menurunkan energi penerim
elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan
untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam
lumen. Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi
pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada
bentuknya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi
yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah
elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul
penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya
elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus.
NADPH adalah agen
pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik
kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit
elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa agen pereduksi
lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem
I ini digantikan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin.
Akan tetapi, karena fotosistem
II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk mereduksi
molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi.
Sumber elektron pada tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air.
Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga
berturut-turut oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap
dipindahkan ke residu tirosin
redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680
yang berguna sebagai donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat
reaksi fotosistem II. Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II
oleh suatu struktur redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan
dan satu ion kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul
air dan menyimpan empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk
melakukan reaksi oksidasi air. Fotosistem II adalah satu-satunya enzim
biologi yang diketahui melaksanakan oksidasi air ini. Ion hidrogen
berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada
sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian
besar organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40]
Reaksi
gelap
Reaksi
gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur,
yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa
dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan
reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41] Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada
tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.[41] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur
Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah
penambatan CO2 adalah oksaloasetat
yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah
phosphoenolpyruvate carboxilase.[41]
[sunting] Siklus
Calvin-Benson
Siklus Calvin-Benson
Mekanisme
siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi
CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP merupakan enzim
alosetrik
yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini
distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Jika kloroplas diberi cahaya,
ion H+ ditranspor dari stroma
ke dalam tilakoid
menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan
luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang
memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH,
yang dihasilkan oleh fotosistem
I selama pemberian cahaya.[41]
Fiksasi
CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[20] Fikasasi CO2
melewati proses karboksilasi,
reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan
H2O ke RuBP membentuk dua molekul
3-fosfogliserat(3-PGA).[42] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil
dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida
(3-Pgaldehida).[42]
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung,
tapi gugus
karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester
jenis anhidrida
asam
pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat
terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi
dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan
cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH,
yang menyumbang 2 elektron.[42] Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan
kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.[42]
Pada fase
regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan
CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan
ke dalam dan melalui stomata.[43] Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang
diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah
ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur
dimulai lagi.[43]
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk
akhirnya adalah 1,3-Pgaldehida.[20] Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati,
sebagian lainnya dibawa keluar.[20] Sistem ini membuat jumlah total
fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat
di sitosol.[20] Triosa fosfat digunakan sitosol untuk
membentuk sukrosa.[20][43]
Siklus
Hatch-Slack
Siklus
Hatch-Slack
Berdasarkan cara memproduksi glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan
C4.[44] Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal
dari daerah subtropis.[44] Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 melalui siklus
Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[44]
Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk
menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa
dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini dapat terjadi jika ada fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak
menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya
ditemukan di daerah tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam
pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45]
Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase
(PEPco) adalah enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan kemudian akan menjadi
oksaloasetat.[45] Oksaloasetat akan diubah menjadi malat.[45] Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat
dan CO2.[45] Piruvat akan kembali menjadi PEPco, sedangkan
CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlangsung di sel bundle sheath dan melibatkan enzim
RuBP.[45] Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang
terjadi di sel mesofil.[46] Dalam keseluruhan proses ini, digunakan 5
ATP.[46]
Urutan dan kinetika
Proses forosintesis terjadi melalui empat
tahap:
Tahap
Penjelasan Skala waktu 1 Perpindahan energi pada klorofil antena (membran
tilakoid) femtodetik
sampai pikodetik 2
Perpindahan elektorn pada reaksi fotokimia (membran tilakoid) pikodetik
sampai nanodetik 3
Rantai perpindahan elektron dan sintesis ATP (membran tilakoid) mikrodetik
sampai millidetik 4
Fiksasi karbon dan ekspor produk stabil millidetik
sampai detik
Efisiensi
Tumbuhan biasanya mengubah cahaya menjadi energi
kimia dengan efisiensi
fotosintesis sekitar 3–6%.[47] Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya,
bergam tergantung pada frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan jumlah
karbondioksida di atmosfer, dan dapat bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.[48] Sebagai perbadningan, panel
surya mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 %
untuk panel yang diproduksi massal, dan di atas 40% untuk panel laboratoium.
Evolusi
Sistem fotosintesis awal, seperti misalnya
pada bakteri
sulfur hijau dan bakteri
sulfur ungu serta baktero
nonsulfur hujau dan bakteri
nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik, menggunakan beragam
molekul sebagai donor
elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan hidrogen dan sulfur
sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu
menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini
konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat terkurangi
pada masa
itu.[rujukan?]
Fosil yang dipercaya sebagai organisme
fotosintesis filamen
diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.[49][50]
Sumber utama oksigen di atmosfer adalah fotosintesis
oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sebagai katastropi
oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen,
seperti misalnya pada cyanobacteria,
menjadi penting selama era Paleoproterozoikum
sekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian
besar prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen
menggunakan air sebagai donor elektron, yang teroksidasi
menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi fotosintesis.
Simbiosis
dan asal mula kloroplas
Beberapa kelompok hewan membentuk hubungan
simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak
terdapat pada koral,
spons, dan anemon laut. Diperkirakan bahwa ini adalah akibat
dari rangka
tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang luas
dibandingkan volume tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia
viridis dan Elysia
chlorotica, juga memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas yang
mereka ambil dari alga yang mereka makan dan kemudian disimpan di dalam tubuh
mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan melakukan
fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu waktu.[52][53] Beberapa gen dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput
sehingga kloroplas dapat disuplai dengan protein yang mereka gunakan untuk
bertahan hidup.[54]
Bentuk simbiosis yang bahkan lebih dekat
dapat menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas mungkin memiliki banyak
kesamaaan dengan bakteri fotosintesis,
termasuk kromosom bundar, ribosom berjenis prokariota, dan protein serupa di
pusat reaksi fotosintesis.[55][56] Teori
endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat
(melalui endositosis) oleh sel Eukariota untuk membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas
kemungkinan merupakan bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup di
dalam sel Tumbuhan. Seperti mitokondria,
kloroplas masih memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA
nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas
ini mirip dengan yang terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi untuk protein redoks
seperti pusat reaksi fotosintesis. Hipotesis
CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan untuk Regulasi Redoks.
Cyanobacteria
dan evolus fotosintesis
Kapasitas biokimia untuk menggunakan air
sebagai sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada nenek moyang bersama
dari cyanobacteria yang masih ada. Rekaman geologi
mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi,
setidaknya 2450–2320 juta tahun silam, bahkan diperkirakan jauh lebih awal dari
itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi geologi
mengenai batu sedimen Archean
(>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut ada
sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan mengenai kapan fotosintesis
oksigen berevolusi masih belum terjawab. Jendela patologi yang jelas untuk evolusi cyanobacteria terbuka sekitar 200 juta
tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen
primer utama di sepanjang masa Eon
Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena struktur
redoks di laut lebih memudahkan fotoautotrof yang mampu melakukan fiksasi
nirogen.[rujukan?]
Alga hijau mengikuti hijau-biru sebagai produsen
utama di rak
kontinental dekat dengan akhir masa Pretozoikum,
namun hanya dengan radiasi dinoflagelata,
kokolitoforid,
dan diatom pada masa Messozoikum
(251-65 juta tahun silam) produksi primer
pada perairan tonjolan kelautan mulai memiliki bentuk modernnya. Cyanobacteria
tetap menjadi penting bagi ekosistem laut
sebagai produsen utama dalam pilin samudra, sebagai agen fiksasi nitrogen
biologis, dan, dalam bentuk yang termodifikasi, sebagai plastid alga laut.[59]
Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti
di Universitas Tel Aviv
menemukan bahwa hornet
oriental (Vespa orientalis)
mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu pigmen yang
disebut xantopterin.
Ini merupakan bukti ilmiah pertama mengenai anggota kerajaan hewan
yang melakukan fotosintesis.[60]
Faktor penentu laju fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor
yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan
maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya
beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis.[1] Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap
beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu
lingkungan, konsentrasi karbondioksida
(CO2).[1] Faktor lingkungan tersebut dikenal juga
sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.[61]
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah
laju fotosintesis mencapai kondisi optimum
meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya
faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu
dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi
karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ
yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi
laju fotosintesis.[62]
Berikut adalah beberapa faktor utama yang
menentukan laju fotosintesis[62]:
2.
Konsentrasi
karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara,
makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan
fotosintesis.
3.
Suhu. Enzim-enzim
yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu hingga batas toleransi
enzim.
4.
Kadar air.
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata
menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5.
Kadar
fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti
karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat
bertambah atau bahkan sampai jenuh,
laju fotosintesis akan berkurang.
6.
Tahap
pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis
jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan
dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih
banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
[sunting] Intensitas cahaya (pancaran),
panjang gelombang dan suhu
Pada awal abad ke-120, Frederick
Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas
cahaya (pemancaran)
dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
·
Pada suhu tetap, tingkat asimilasi
karbon beragam dengan pemancaran, pada awalnya meningkat seiring peningkatan
pemancaran. Akan tetapi, pada tingkat pemancaran yang lebih tinggi, hubungan
ini tidak berlangsung lama dan tingkat asimilasi karbon menjadi konstan.
·
Pada pemancaran tetap, tingkat asimilasi
karbon meningkat seiring suhu meningkat pada cakupan terbatas. Peranguh ini
dapat dilihat hanya pada tingkat pemancaran yang tinggi. Pada pemancaran yang
rendah, peningkatan suhu hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap tingkat
asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin
penting: Pertama, dari penelitian
ini diketahui bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu.
Akan tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi
tingkat asimilasi karbon, jadi pasti ada dua rangkaian reaksi pada proses
lengkap asimilasi karbon. Ini adalah tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung
suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman
menunjukkan konsep faktor
pembatas. Faktor pembatas lainnya adalah panjang gelombang cahaya.
Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak dapat memperoleh
panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk menghasilkan pemisahan
bertenaga fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Untuk mengatasi
permasalahan ini, serangkaian protein dengan pigmen-pigmen berbeda mengelilingi
pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome.
[sunting] Tingkat karbondioksi dan
fotorespirasi
Ketika konsentrasi karbondioksi meningkat,
tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi bergantung cahaya meningkat hingga dibatasi
oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO,
enzim yang mengkat karbondioksida pada reaksi bebas cahaya, memiliki afinitas
pengikatan untuk karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi,
RuBisCO akan memfiksasi
karbondioksida. Akan tetapi, jika konsentrasi karbondioksida rendah,
RuBisCO akan mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Proses ini, yang
dsiebut fotorespirasi,
menggunakan energi, tapi tidak menghasilkan gula.
Aktivitas oksigenase RuBisCO tidak
menguntungkan bagi Tumbuhan karena beberapa alasan berikut:
1.
Salah satu produk aktivitas oksigenasi
adalah fosfoglikolat
(2 karbon) dan bukannya 3-fosfogliserat
(3 karbon). Fosfoglikolat tidak dapat dimetabolisme oleh siklus Calvin-Benson
dan menunjukkan karbon yang hilang dari sklus tersebut. Aktivitas oksigenasi
yang tinggi, dengan demikian, menguras gula yang diperlukan untuk mengolah
kembali ribulose
5-bisfosfat dan untuk keberlangsungan siklus
Calvin-Benson.
2.
Fosfoglikolat dimetabolisme dengan cepat
menjadi glikolat
yang beracun bagi Tumbuhan pada konsentrasi yang tinggi. Ini menghambat
fotosintesis.
3.
Menyimpan Glikolat secara energi
merupakan proses yang mahal yang menggunakan jalur glikolat, dan hanya 75% dari
karbon yang dikembalikan pada siklus Calvin-Benson sebagai 3-fosfogliserat.
Reaksi ini juga menghasilkan ammonia (NH3), yang dapat berdifusi
keluar dari Tumbuhan, berujung pada hilangnya nitrogen.
Ringkasan
sederhananya adalah sebagai berikut:
2
glikolat + ATP → 3-fosfogliserat + karbondioksida + ADP + NH3
Penggunaan jalur untuk produk dari
aktivitas oksigenase RuBisCO oxygenase lebih dikenal sebagai fotorespirasi, karena dicirikan dengan konsumsi
oksigen bergantung pada cahaya dan pelepasan karbondioksida.
KESIMPULAN
:
Reaksi fotosintesis dirangkum
sebagai berikut:
6CO2 + 12H2O + energy
cahaya –> C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Oksigen yang dikeluarkan dari
tumbuhan berasal dari air dan bukan CO2. Kloroplas menguraikan air
menjadi hidrogen dan oksigen. Fotosintesis terdiri dari dua proses.
Tahap tersebut adalah reaksi terang dan siklus Calvin.
Reaksi terang merupakan tahap
fotosintesis yang mengubah energi matahari menjadi energi kimia.
Kloroplas menyerap cahaya dan cahaya menggerakkan transfer elektron dan
hidrogen ke penerima yaitu NADP+ (nikotinamida adenine dinukleotida
fosfat). Pada proses ini, air terurai. Reaksi terang pada
fotosintesis ini melepaskan O2. Pada reaksi terang, tenaga matahari
mereduksi NADP+ menjadi NADPH dengan menambahkan sepasang electron
bersama dengan nukleus hidrogen. Pada reaksi terang juga terjadi
fosforilasi yang mengubah ADP menjadi ATP. Jadi energy cahaya diubah
menjadi energi kimia dengan pembentukan NADPH: sumber dari elektron berenergi,
dan ATP; energy sel yang serba guna.
Tahap kedua fotosintesis adalah
siklus Calvin yang berawal dari pemasukan CO2 ke dalam molekul organik yang
telah disiapkan di dalam kloroplas. Proses ini disebut fiksasi
karbon. Siklus Calvin mereduksi karbon terfiksasi menjadi karbohidrat
melalui penambahan elektron. Energi untuk mereduksi berasal dari
NADPH. Siklus Calvin mengubah CO2 menjadi karbohidrat dengan menggunakan
ATP hasil dari reaksi terang. Siklus Calvin disebut juga reaksi gelap
atau reaksi tak bergantung cahaya karena tidak memerlukan cahaya secara
langsung.
Pada fotosintesis, cahaya tampak
diserap oleh pigmen. Pigmen yang berbeda menyerap panjang gelombang yang
berbeda. Klorofil a
bukanlah satu-satunya pigmen yang penting dalam kloroplas. Tetapi hanya
klorofil a yang dapat berperan
secara langsung dalam reaksi terang. Pigmen lain dalam membrane tilakoid
dapat menyerap cahaya dan mentransfer energinya ke klorofil a. Salah satunya adalah
klorofil b. Jika foton cahaya
matahari diserap oleh klorofil b,
energi kemudian disalurkan ke klorofil a
yang beraksi seolah-olah klorofil inilah yang menyerap energi tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar