1. Aurora
Aurora
adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari
sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang
dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh
matahari (angin matahari).Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub
Utara dan kutub Selatan magnetiknya.
Hal ini dikarenakan pada daerah kutub, baik utara maupun selatan memiliki medan
magnet yang sangat kuat. Aurora ini diperkirakan
terjadi 11 tahun sekali, ketika terjadi peningkatan aktifitas pada matahari. Aurora yang terjadi di
daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis, yang dinamai Dewi
Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di
Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah
matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di
antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah
Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.
Beberapa teori tentang aurora
diberikan oleh beberapa ahli. Edmund Halley yang sukses memprediksi kemunculan
komet pernah memberi teori bahwa aurora itu uap air encer yang tersublimasi
oleh pemanasan yang dengannya terkandung juga sulfur yang akan menghasilkan
kilauan sinar warna-warni di atmosfer. Tahun 1746, Leonard Euler (Swiss)
menyatakan bahwa aurora adalah partikel dari atmosfer bumi yang melampaui
ambang batasnya akibat cahaya matahari dan selanjutnya naik ke ketinggian beberapa
ribu mil. Di daerah kutub partikel-partikel ini tidak akan terdispersi akibat
perputaran bumi. Orang ketiga yang berusaha menjelaskan tentang aurora adalah
Benjamin Franklin.Benjamin mengatakan bahwa aurora berkaitan dengan sirkulasi
di atmosfer. Lebih lanjut Benjamin menjelaskan bahwa atmosfer di daerah kutub
lebih tebal/berat dan lebih rendah dibandingkan dengan di daerah ekuator karena
gaya sentrifugalnya (gaya akibat rotasi) lebih kecil. Elektrisitas
(kelistrikan) yang dibawa awan ke daerah kutub tidak akan dapat menembus es
sehingga akan terputus melewati atmosfer bawah kemudian ruang hampa menuju ke
ekuator. Elektrisitas akan kelihatan lebih kuat di daerah lintang tinggi dan
sebaliknya di lintang rendah. Hal itulah yang akan tampak sebagai Aurora Borealis.
Sebenarnya selama seratus lima puluh tahun terakhir banyak teori lain tentang
aurora ini, antara lain bahwa aurora terjadi karena pemantulan sinar matahari
oleh partikel-partikel es, pemantulan sinar matahari oleh awan, uap air yang
mengandung sulfur, pembakaran udara yang mudah terbakar, pancaran partikel
magnetik, debu meteor yang terbakar akibat gesekan dengan atmosfer,
thunderstorm, listrik yang timbul antara dua kutub magnet bumi, dll.
Sekitar
tahun 1800 an karakteristik aurora mulai diketahui. Seorang ilmuwan Inggris
bernama Cavendish berhasil menghitung ketinggian aurora yaitu antara 52 s.d 71
mil (83 km s.d 113,6 km). Tahun 1852 diketahui bahwa ada hubungan antara
aktivitas geomagnet, aurora, dan sunspot dimana frekuensi dan amplitudo ketiganya
berfluktuasi dengan periode yang hampir sama yaitu 11 tahunan. Tahun 1860,
Elias Loomis berhasil membuat diagram yang menunjukkan daerah dengan kejadian
aurora paling banyak. Dari temuannya itu diketahui bahwa ternyata aurora
berhubungan dengan medan magnet bumi. Angstrom, seorang ilmuwan Swedia, pada
tahun 1867 berhasil melakukan pengukuran spektrum-spectrum dari aurora.
Penelitian tentang aurora semakin menemukan titik terang ketika seorang
fisikawan Inggris J.J. Thomson berhasil menemukan elektron dan fisikawan Swedia
Kristian Birkeland menyatakan bahwa aurora disebabkan oleh sinar dari elektron
yang diemisikan matahari. Ketika elektron-elektron itu sampai ke bumi akan
dipengaruhi oleh medan magnet bumi, dan terbawa ke daerah lintang tinggi dan
terjadilah aurora.
2. Jalan Lolos dari Black Hole
Sebuah
unsur yang sangat panas telah terdeteksi oleh observatorium sinar gamma
integral milik European Space Agency, dalam hitungan milidetik sebelum ia
terjerumus ke ruang antah berantah di dalam lubang hitam (black hole).Temuan
ini mengungkapkan adanya sebuah struktur medan magnet yang menyediakan
kesempatan lolos bagi partikel-partikel yang disedot oleh black hole.
Dari pengamatan, beberapa ratus kilometer dari
pusat lubang hitam, ruangan di sekitar merupakan kawasan penuh badai partikel
dan radiasi. Badai raksasa yang terdiri dari partikel jatuh ke dalam lubang
hitam dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Akibatnya, temperatur naik
ke angka jutaan derajat celcius.Umumnya, dibutuhkan hanya satu milidetik saja
bagi partikel untuk mencapai titik tersebut. Namun kini astronom mendapati
bahwa kawasan yang bergejolak itu juga memiliki medan magnet yang menyediakan
jalan keluar bagi partikel yang terhisap.
Temuan adanya emisi yang terpolarisasi dari pancaran black hole adalah
temuan unik. Ini pertamakalinya medan magnet teridentifikasi sangat dekat
dengan lubang hitam. Penemuan ini sendiri diawali ketika tim peneliti dari
Institute for Research into the Fundamental Laws of the Universe (IRFU) di
Perancis tengah mengamati black hole Cygnus X-1. Ketika itu, Laurent dan
rekan-rekannya melihat bahwa ia sedang menggerogoti sebuah bintang yang ada di
dekatnya dan “memakan” gas milik bintang itu.
Dari bukti yang mereka temukan, terungkap bahwa
medan magnet yang ada cukup kuat untuk merebut sebagian partikel dari gaya
gravitasi raksasa milik lubang hitam dan melemparkannya ke luar, membuat sebuah
semburan partikel ke ruang angkasa bebas.
Namun tim peneliti belum mengetahui persis bagaimana partikel yang
jatuh diubah menjadi semburan. Masih banyak perdebatan yang terjadi di kalangan
pengamat, dan penelitian lebih lanjut akan membantu membuat kesimpulan. Sebelum
ini, semburan di sekitar black hole pernah ditangkap oleh teleskop
radio, namun observasi seperti itu tidak bisa melihat black hole dalam
detail yang cukup untuk mengetahui seberapa dekat black hole itu dengan
sumber semburan.
3.
Misteri Jabal Magnet di Arab
Magnetic
Hill, atau warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti
perkampungan putih. Namun, banyak yang menamainya Jabal Magnet.Fenomena yang
mengesankan disini adalah efek keterbalikan gravitasi. Saat anda jalan menurun,
rasanya sangat sulit. Pedal gas harus di tekan dalam-dalam. Sebaliknya, saat
anda menanjak naik, kendaraan seolah bergerak begitu saja. Anda bahkan tidak
perlu menekan pedal. Bila anda yang biasa di pegunungan, anda tentunya tahu
kalau sebaliknya lah yang masuk akal. Naik sangat sulit karena melawan
gravitasi, sementara turun sangat gampang, karena dibantu gravitasi. Bukan
hanya dengan kendaraan, menuang air atau menggulirkan bola akan tampak naik
mendaki, bukannya turun.
Menurut
fisikawan dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi
pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat
menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni
tanjakan. Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia,
bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah, tapi pikiran kita sendiri yang
tertipu.
Pengujiannya sederhana sekali, hanya pengukuran
GPS di titik dasar dan puncak tanjakan. Mata manusia dan otak dapat dengan
mudah dibohongi sehingga berpikir kalau hukum fisika dapat berubah, namun yang
ada hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil. Apa
yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini adalah cakrawala yang
sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibatnya, sulit bagi mata manusia
untuk menilai kemiringan sebuah permukaan. Tidak adanya titik referensi yang
handal, diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan tubuh, khususnya bila
kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah
benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) dikira
memang tegak lurus, padahal ia berbaring.
Selain itu pengamat geologi menyebutkan, secara geologis, fenomena Jabal Magnet
bisa dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas
Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa
endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km
persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas
2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari
kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang
dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line". Banyak gunung
berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya
berbentuk kerucut, sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab
berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut
volcanic field atau harrah dalam bahasa Arab. Harrah Rahat adalah bentukan paling menarik.
Dengan panjang 310 km membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah dan
mengandung sedikitnya 2.000 km kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih
kerucut kecil (scoria) dan 200-an kawah.
2 komentar:
materinya menarik,tspi UNTUK black hole susah dipahami,,,makasihh
materinya baguss
Posting Komentar