Suatu pagi di SMA Merah Putih Surabaya tampak cerah dengan canda tawa. Padahal masih pukul 06.30, murid-murid sudah berkumpul di halaman sekolah. Suasana di lingkungan sekolah itu sangat ramai dipenuhi dengan canda tawa. Namun disela-sela kegembiraan itu, tibalah seorang cowok tampan dengan seragam yang berbeda. Suasana yang semula ramai saat itu juga berubah menjadi sunyi.
Ketika cowok itu berjalan ke lingkungan sekolah, semua mata tertuju padanya. Semua penghuni sekolah terpesona dengan ketampanannya. Murid perempuan memandangnya tanpa berkedip sampai ada yang menjerit. Bahkan juga para guru perempuan juga ikut memperhatikannya. Murid laki – laki pun merasa iri terhadap semua perhatian itu. Beberapa saat kemudian cowok tampan itu mengurus administrasi di ruang kepala sekolah. Dia pun berlalu dari ruang tersebut tanpa menghiraukan beberapa murid perempuan yang dari tadi mengikutinya.
Jam menunjukkan pukul 06.55 artinya bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Tet…. Tet……….!! bel masuk pun berbunyi. Semua murid segera masuk ke kelas masing-masing. Saat itu suasana kelas XI-IPA sedang ramai, ada yang bercanda, bermain, berdandan, mengerjakan PR dan ada juga yang belajar. Di sudut pojok kelas terdapat murid perempuan yang tengah asyik membaca buku. Namanya adalah Lili meskipun dia cupu, polos dan lugu tapi dia pandai dalam mata pelajaran di sekolah. Lima menit kemudian Bu Totong, guru Matematika tiba. Murid - murid segera berlarian ke tempat duduk masing - masing, terdiam dan membisu. Karena Bu Totong adalah guru yang terkenal galak dan suka menghukum murid - muridnya. Tapi hari ini Bu Totong tidak seperti biasanya, dia mendadak ramah pada murid-muridnya.
”Anak-anak sebelum ibu memulai pelajaran, Ibu akan memperkenalkan teman baru pada kalian.”
“Inilah dia,,..!!!!” Ujar Bu Totong dengan senyuman termanisnya.
Di luar terlihat ada seorang cowok yang perlahan melangkah menuju kelas. Murid-murid pun semakin penasaran. Ketika dia sudah di depan kelas, suasana yang semula sunyi berubah menjadi ramai dengan suara teriakan, tepuk tangan dan siulan oleh murid-murid kelas XI IPA.Ternyata tanpa disangka murid baru itu adalah cowok tampan yang berkulit putih, tinggi, hidungnya mancung dan keren.
“Ayo, Nak!!Silahkan perkenalkan dirimu didepan kelas.” Kata Bu Totong.
“Baik, terima kasih Bu. OK! Guys kenalin namaku Joshua, aku pindahan dari SMA 3 Blitar. Salam Kenal.” Kata Joshua. Sedangkan Lili (si cewek cupu) memandanginya tanpa berkedip sedikit pun. “Oh…. Pangeranku, tampan sekali dirimu.“ Gumam Lili.
Ha,,,,, ha,,ha,,,!! Teman - temannya tertawa. Mereka menertawakan si Lili. Sedangkan Lili tak sadar kalau ucapannya terdengar teman sekelasnya. Wajahnya pun merah tersipu malu.
“Baik Joshua, sementara ini kamu duduk di sebelah Randi ya!” Anak-anak mari kita lanjutkan materi kita kemarin yang belum selesai! Ayo segera tukarkan pekerjaan kalian dengan teman sebangku. Selesai nggak selesai tukarkan!!!” Beberapa menit kemudian bel istirahat berbunyi, murid - murid pun segera keluar kelas. Namun lain halnya dengan Lili, dia tengah asyik membaca buku. Bahkan ketika diajak oleh temannya dia pun menolak. Akan tetapi hari ini ia mendadak aneh. Lili sekarang mulai terbiasa keluar kelas untuk istirahat.
“Eh,,,…. Kok tumben Lili sekarang sering keluar kelas???“ Ucap temannya.”Iya ya nggak biasanya dia keluar kelas.“ Jawab salah satu temannya. Bahkan temannya yang lain pun ikut menjawab, “Mungkin dia kehabisan oksigen kali.” Seketika mereka pun menertawakannya.
Lili yang lagi enak - enakan jalan nggak sengaja mendengar obrolan teman-temanya. Namun ia tak menghiraukannya. Lili yang tengah membaca buku sambil berjalan. Tiba-tiba……. Bruk……..!!!!! Lili menabrak seseorang. Dia pun segera minta maaf. Tapi ketika melihat yang ditabraknya adalah Joshua dia pun membisu. Keduanya sama-sama jongkok mengambil buku yang terjatuh dan tangan mereka pun bersentuhan. ”Kamu nggak apa-apa Li??” Tanya Joshua. Lili tetap membisu dan asyik memandangi Joshua. ”Hei Lili kamu nggak apa-apa kan???” Joshua mengulangi pertanyaannya. Lilipun menjawabnya dengan sedikit gugup dan terbata-bata.
“ E….. e…. nggak aku nggak apa-apa kok” Jawab Lili.
Mereka pun berdiri. Lili mengucapkan terima kasih pada Joshua. Karena kejadian itulah Lili kini semakin sering ke luar kelas.
***
Keesokan harinya, alarm Joshua berbunyi dan menunjukkan pukul 06.15. Joshua bangun kesiangan, dia pun terburu – buru berangkat ke sekolah. Arloji Joshua menunjukkan pukul 6 lewat 50 menit. Saat itu jalan raya macet, akhirnya Joshua terlambat datang di sekolah, pintu gerbang juga sudah ditutup. Setelah berpikir cukup lama Joshua nekad untuk memanjatnya. Beberapa saat kemudian Joshua sudah di depan kelas. Dengan jantung berdetak tak menentu dia melangkah masuk. Tapi kali ini dia selamat karena Pak Budi guru Bahasa Inggris belum tiba. ”Syukur dech Pak Budi belum datang. Jadi aku nggak kena hukuman.” Gumam Joshua. Pak Budi pun tiba, ”Anak-anak kumpulkan tugas kalian !! “ Perintah Pak Budi.
“Waduh, aku lupa. Aku kan belum ngerjain PR. Mampus nich gue !!” Gumam Joshua. ”Ayo anak-anak segera kumpulkan buku tugas kalian, selesai nggak selesai kumpulkan.” Joshua semakin bingung, tidak bisa berfikir lagi. Tanpa berfikir panjang.Lili segera memberikan buku tugasnya kepada Joshua.
“Ka..ka..kamu ambil aja buku tugasku.” Ucap Lili.
“Hah… Yang bener ni??? “ Kata Joshua dengan sedikit keraguan.
Lili berusaha meyakinkan. “ Nggak apa – apa kok, ambil aja.”
“ Terus kamu??” Joshua masih bingung.
“ Nyantai aja lagi. Sekali – kali bandel kan nggak apa – apa.” Lili menjawab dengan tersenyum.
Akhirnya Lili tidak mengumpulkan tugas. Ia pun ditegur Pak Budi.
”Mengapa kamu tidak mengumpulkan tugas?” Tanya Pak Budi keheranan.
”Belum ngerjakan Pak! Kemarin dirumah mati lampu.” Jawab Lili.
“Jangan bohong kamu!! Saya tahu kamu murid yang cerdas. Tidak mungkin gara – gara lampu padam tidak mengerjakan tugas.” Ujar Pak Budi marah.
Ta..Ta..Tapi memang begitu Pak!!” Lili menjawab dengan kebingungan. Karena dia tidak bisa berbohong.
“Kamu sekarang sudah merasa pintar , sudah tidak mau mengerjakan tugas lagi. Baiklah kalo begitu saya akan ….”
“Tunggu Pak!!” Kata Joshua.
“Ia ada apa Jo??” Pak Budi tidak melanjutkan kalimatnya.
“ Saya ingin mengakui sesuatu Pak!!” Ucap Joshua sedikit takut.
“Cepat katakan!!” Pak Budi menjadi semakin jengkel dengan kedua muridnya.
“Jangan Jo..” Tiba – tiba Lili ikut berbicara.
“Sudah kamu diam Lili, ada apa ini sebenarnya. Ayo cepat katakan Jo!!!” Pak Budi semakin marah.
“Ta..Tapi..” Lili mencoba membatalkan niat Jo untuk mengaku.
“Sudah lah Li, kamu jangan berbohong lagi. Aku tidak mau gara – gara aku kamu dihukum Pak Budi” Joshua berkata pada Lili.
Akhirnya Joshua mengaku kalau sebenarnya dialah yang tidak mengerjakan tugas karena bangun kesiangan. Sedangkan buku tugas yang dikumpulkan itu adalah milik Lili. Mendengar pengakuan dari Joshua Pak Budi langsung menyuruh mereka untuk berlari mengelilingi lapangan basket. Mereka pun segera melakukan apa yang diperintahkan Pak Budi. Sambil berkeliling mereka pun mengobrol.
“Maaf ya Li. Gara – gara aku kamu jadi kena hukum.”
“Nggak apa – apa Jo. Itung – itung olahraga gitu.” Jawab Lili sambil tersenyum. “Ha..Ha..Ha panas – panas gini olahraga, yang ada kita malah gosong.” Mereka pun tertawa bersama. Ditengah – tengah kegembiraan itu tiba – tiba terdengar cemoohan dari seseorang. “Huuu…Ada Si Cupu yang lagi di hukum. Eh Cupu, dengerin ya.. Kamu tu nggak pantes disamping Jo. Yang pantes tu gue.”
Namun ocehan itu tidak dihiraukan oleh keduanya. Setelah beberapa putaran, tiba – tiba Lili pingsan. Joshua pun langsung menggendongnya ke UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Tiga puluh menit kemudian Lili tersadar. Dia kaget dan bingung ada Joshua disampingnya.
“Jo, udah berapa lama aku disini?” Tanya Lili.
Joshua pun menjawabnya asal – asalan, “kamu udah tiga hari pingsan. Aku capek nunggunya.”
“ Hah???Serius kamu???Terus mama.. Sekolahku…”
“ Apa’aan sih becanda kali. Gitu aja langsung nyerocos..” Joshua cekikikan melihat Lili kebingungan.
“Ah kamu ni, becanda mulu. Oia siapa yang bawa aku kesini??”
“Aku..Wajah kamu tadi pucat dan tiba – tiba saja kamu pingsan.” Jawab Joshua.
“Oia ngomong – ngomong kamu berat juga ya..Aku tadi aja ngos – ngosan gendong kamu.” Joshua menggoda Lili.
“Apa’an sih kamu?? Nyebelin tau nggak… Um, tapi terima kasih ya udah nolongin aku.” Ucap Lili sambil tersipu malu.
“ Ia sama – sama..” Jawab Joshua.
Suasana menjadi hening karena mereka tidak melanjutkan obrolannya. Tapi diam – diam Lili semakin mengagumi Joshua karena dia sangat baik dan tidak pilih teman.
****
Hari berikutnya Lili bangun kesiangan, padahal hari ini ada upacara kemerdekaan di sekolah. Dia pun terburu – buru ke kamar mandi, hingga akhirnya terpeleset dan pingsan. Mama Lili yang tengah memasak pun menjadi heran karena putrinya belum berangkat juga. Akhirnya beliau mengecek ke kamar. Tetapi saat melintasi kamar mandi, mama melihat Lili pingsan. Dengan tergopoh – gopoh mama menelpon Dokter dan Guru BK untuk mengizinkan Lili.
Beberapa menit kemudian Lili telah sadar, dia bertanya pada mamanya apa yang terjadi. “Ma, aku tadi kenapa?”
“Nggak apa – apa kok sayang, kamu tadi terpeleset di kamar mandi.” Jawab Mama Lili.
“Terus sekolahku gimana Ma?” Tanya Lili lagi.
“Tadi Mama udah telepon Guru BK kamu, Mama bilang kamu sakit jadi izin tidak sekolah dulu.”
“Oh, gitu ya Ma.”
“Ia udah kamu istirahat lagi, biar cepat sembuh. Mama mau lanjutin masak dulu.” Kata Mama Lili.
Sementara itu di sekolah, Joshua sedang di kantin sendirian memikirkan Lili. Dia berfikir kalau dia harus menjenguknya sebab selama ini Lili banyak membantunya. Sepulang sekolah Joshua ingin cepat – cepat ke rumah Lili. Tapi di gerbang sekolah dia di hadang oleh Satpam.
“Kamu anak yang terlambat kemaren ya?”
“Ia Pak, ada apa?” Jawab Joshua tak menghiraukan.
“Eh kamu ini punya sopan santun tidak, kalo bicara dengan orang yang lebih tua kepalanya menunduk. Kamu itu kemaren sudah melanggar aturan, tau tidak?” Kata Satpam dengan kesal.
“Terus saya harus ngapain ni?” Joshua semakin asal menjawab, karena dia sedang tidak ingin bertengkar.
“Oh, kamu ini memang anak bandel. Sebagai hukumannya kamu harus memunguti sampah yang ada di halaman sekolah.” Kata Satpam dengan senangnya, karena sudah bisa menghukum anak yang bandel.
Tanpa berkomentar Jo langsung mngerjakan apa yang disuruh Satpam tadi. Satu jam pun berlalu, Jo sudah menyelesaikan hukumannya. Dia mengambil motor untuk segera menjenguk Lili. Tapi di jalan tiba-tiba ban motor Jo Bocor. “Huh...... Mau jenguk Lili aja kok repot sih!!!” Gumam Jo kesal. Beberapa menit kemudian, motor Jo sudah dapat dikendarai lagi. Ia mengendarai motornya dengan cepat.
Setibanya di rumah Lili, Joshua memberi salam dan berjabat tangan pada Mama Lili. Joshua diantar ke kamar Lili, karena Lili masih harus banyak istirahat. Sampai di kamar, Mama meninggalkan Jo dan Lili. Saking kagetnya, Lili hanya bengong melihat Jo ada di kamarnya.
“Heh.. aku nggak di suruh duduk? Kakiku udah kesemutan ni.” Ucap Joshua.
“Oh.. Ia ,,silakan duduk Jo..” Jawab Lili dengan tersipu.
“Eh, gimana keadaanmu? Sepi ni di sekolah nggak ada kamu.” Goda Joshua.
“A..Aku alhamdulilah udah baikan. Kamu apa’an sih? Ngegodain aku mulu.” Lili semakin merah pipinya digoda oleh Jo.
“Siapa juga yang godain.. Oia ni, ada titipan dari temen – temen. Mereka minta maaf nggak bisa dateng.” Joshua berbohong, padahal bingkisan itu berasal dari dia.
.Lili sedikit kecewa karena dia berharap bingkisan itu berasal dari Jo. “Um, sampaikan makasih buad temen – temen.”
”Cieh...... cieh sio sweat......!” Kata siapa kamu perwakilan dari teman -teman. Eh.....Jo kita juga kali????” Ucap teman-teman dekat Lili yang tiba – tiba datang menjenguknya. Wajah Jo terlihat merah tersipu malu.
*****
Tidak terasa satu tahun sudah berlalu kini Jo dan Lili telah berada di kelas XII IPA. Seiring bertambahnya waktu persahabatan mereka juga semakin dekat. Perasaan Lili terhadap Jo semakin mendalam, dia menyadari bahwa rasa sayang telah tumbuh dihatinya. Tapi Lili tidak pernah tahu apakah Jo juga mempunyai perasaan yang sama terhadapnya atau rasa ini hanya bertepuk sebelah tangan saja. Dari hari ke hari Lili mulai merubah penampilan, dia juga sering ke salon, ikut ekskul yang sama dengan Jo, semakin giat belajar dan mengikuti beberapa lomba di sekolah. Hal itu dilakukannya hanya untuk Jo, agar dia diperhatikan dan keberadaannya dirasakan oleh Jo. Semua usaha Lili tidak sia – sia, sekarang dia sudah berubah dari cewek yang cupu, lugu dan polos. Menjadi Lili yang cantik, anggun, dan pandai.
Hari ini adalah pengumuman hasil seleksi pemeran dalam pementasan teater di sekolah. Lili berharap dia terpilih menjadi pemeran utamanya. Setelah jam pelajaran usai Lili bergegas ke mading sekolah. Hatinya sudah gelisah dari tadi menunggu hasil pengumuman. Setibanya di mading dengan seksama dia membaca satu persatu nama yang lolos seleksi. Akhirnya ditemukan juga namanya tercantum di pengumuman itu. Lili melonjak – lonjak kegirangan tanpa memperdulikan teman – teman yang dari tadi memperhatikannya.
“Woe.. Seneng banget sih..abiz menang undian ya ?” Tegur Jo tiba – tiba.
“Astghfirullah.. Kamu ngagetin aja deh..Ni aku kepilih jadi pemeran utama pementasan teater buad perpisahan sekolah lo..” Jawab Lili dengan bangga.
“Oalah… Kiraen abiz dapet rizqi.. rencananya mau minta traktiran gitu..” Kata Jo.
“ Kamu tu makan mulu.. Gendut baru tau rasa.” Ejek Lili.
“Yaelah yang gendut siapa, yang sok nasehatin siapa.” Jo juga balas mengejek.
“Kamu ini gimana toh, harusnya didoakan biar aku bisa bagus maennya. Malah diejekin mulu.” Ucap Lili sambil pura – pura ngambek.
“Didoain kog, tapi bibirnya nggak usah pake monyong – monyong gitu napa.” Mereka pun cekikikan bersama, membuat iri setiap orang melihat. Karena mereka sangat dekat seperti seorang kekasih.
Saat yang dinanti telah tiba, malam puncak acara perpisahan sekolah diisi oleh pementasan teater. Semua murid dan dewan guru hadir dalam acara itu. Pementasan pun dimulai, adegan demi adegan telah dimainkan. Hingga akhirnya sudah adegan terakhir, Lili memainkan perannya dengan sangat bagus. Tapi dia tidak cukup puas dengan hasil pementasan ini. Setelah acara pementasan berakhir Lili bersiap untuk ganti baju, dan dia dikagetkan oleh teriakan seseorang.
“Duoooorr….”
“Astaga…kamu…ni nyebelin banget..” Wajah Lili tampak kaget dan kesal bercampur jadi satu.
“Maaf, maaf deh . Tapi aku tadi sempet liat kok adegan klimaksnya. Meskipun cuma dikit sih..” Jawab Jo tanpa rasa bersalah.
“Tau ah..kamu bener – bener nyebelin.. Pokoknya aku nggag mau ngomong ama kamu. Weekk…”
“Lah..kog gitu sih,,, Ngambek nie,,,,ya udah nggag jadi dah kadonya.”
“Ah.. Bo’onk tu.. Nggag percaya aku. Kamu aja nggak liat!!! “
“Aduh..aduh.. Lili yang imut (item tapi kumut – kumut)..jangan ngambek dong. Ni kadonya!!”
“Loh kog?? Beneran ni…Makasi ya..”
Ditengah – tengah kegembiraan Lili tiba – tiba muncul seorang cewek yang sangat cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih, hidungnya mancung dan matanya biru. Tiba – Tiba cewek itu menggandeng lengan Joshua.
“ Oia aku lupa, kenali ini cewek ku namanya Cynthia.”
“Ini temen kamu ta Beib..Um, kenalin aku Cynthia.”
Lili masih terdiam terpaku tak bergeming sedikit pun. Tidak tau harus bagaimana. Yang dia tau adalah harus secepatnya pergi dari tempat itu sebelum air matanya meleleh di depan mereka. “ Hai..Lii…Kog diem..” Tanya Jo bingung. “Kamu sakit?” Jo bertanya sambil memegang kening Lili. Seketika Lili tersadar dari lamunannya. “ Oh eh..ia… saa.Saa. lam ke.. ken al, aku Lili .. Saa..Haa.. Batnya Jo.” Kata – kata Lili seperti tercekat di tenggorokan. “ Aa.. ku mau ganti baju dulu”. Lilipun segera berlari meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan teriakan Jo. Samar – samar di dengarnya suara Jo, “ Besok kita makan bertiga ya Li.. Aku tunggu di tempat biasa.”
Tak memperdulikan tatapan semua orang, Lili berlari sambil menangis. Kakinya sudah tak kuat melangkah lagi, akhirnya dia berhenti di taman belakang sekolah. Disitulah tempat pertama kali mereka saling berbicara. Lili kembali terkenang masa – masa bersama Jo, senyumannya, godaannya dan leluconnya. Sehingga air matanya pun semakin deras mengalir. Lili terus menyesali nasibnya kenapa dia harus bersahabat dan menyayangi Jo. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri atas perasaan yang tak sepantasnya ada dalam persahabatan. Karena mulai awal hingga kini Jo benar – benar tulus menganggapnya sebagai sahabat. Hingga akhirnya dia menyadari satu hal bahwa meskipun Jo sudah menjadi milik orang lain tetapi Lili masih bisa mendengar suaranya, bercanda dengannya dan berada disampingnya sebagai sahabat yang selalu ada untuknya. Meskipun sangat berat melihat orang yang dia sayangi bersama dengan orang lain. Tapi dia sadar bahwa dia harus bisa menahan perasaan sayang ini agar jangan sampai melukai atau bahkan menghancurkan hubungan sahabat kita dengan orang yang disayanginya.