Mengenai Saya

Foto saya
jember, Jawa timur, Indonesia
Alumni fisika MIPA Universitas Jember


Anak siap sekolah jika orang tuanya siap. Jika orang tua ragu ragu, maka akan membuat anak menjadi tidak siap. Pola pikir orang tua, “tunggulah nanti anak pasti bisa ngerti sendiri, itu harus dihapus . anak harus dikenalkan pengertian dan sikap emosi sejak dini. Anak mulai usia dini harus dikenalkan belajar mengerti pada orang lain. Karena anak usia dini dalam masa egosentris.
Sebagai orang tua harus bisa membedakan ini kemauan anak yang bisa dipenuhi dan ini kemauan anak yang harus bisa dikendalikan. Contoh : anak senang bermain air, boleh. Tapi saat kondisi anak demam maka anak tidak diperkenankan bermain air, anak akan menangis (tidak apa apa, karena hal ini adalah reaksi anak agar anak tetap aman (sehat). Kecakapan orang tua untuk mengenali mana yang bermanfaat / tidak untuk anak (misal waktu membeli mainan). Sebenarnya orang tua tahu, kalau ini dibiarkan terus menerus akan berakibat tidak baik. tetapi karena orangtua takut anak menangis, maka sikap yang seperti ini tidak baik bagi orang tua.
Sikap dan ekspresi orang tua ini boleh(tersenyum), ini tidak boleh (tegas) . ekspresi orang tua harus jelas kepada anak. Kenapa anak perlu belajar dengan ekspresi wajah orang ? penting, karena anak akan bersosialisasi dengan orang lain. Tegas itu bukan berarti : mendelik, nada tinggi, membuat anak takut. Tegas itu artinya nada kita tertangkap dengan baik dan diiringi tindakan. Pada Anak laki laki orang tua harus siap mental, karena mereka berpikir urutnya tidak cakap. Hindari kata kata, gimana sih kamu kok g ngerti2? Diajari sejak dini untuk berpikir urut. Tanda tanda disuruh mandi tidak langsung mandi (cara mengatasi : dhe tadi mama bilang apa, mandi. Ayo mandi, ini dibimbing sampe ke kamar mandi. Dan dituntun ke kamar mandi.
Kalau memuji anak jangan lupa kata “alhamdulillah”. Akhlaq, atau perilaku pada anak harus disebutkan secara detail. Alhamdulillah sudah bisa mandi sendiri. Alhamdulillah sudah mau belajar menyelesaikan pr. Emosi anak harus dipahami orangtua. Anak harus dicontohin, diajarkan, anak berbicara pada dirinya. Jika anak mendengar tapi tidak bisa mengurutkan (maka harus dipertegas perintah nya). Diajarkan anak antara kalimat dan tindakan harus disatukan. Untuk anak aktif harus dipanggil secara sendiri. Lalu disuruh mengulang ucapan guru. Harus diperagakan yang banyak gerak dan yang tidak terpengaruh orang lain.
Menghukum anak artinya mengurangi kesenangan nya (misal ga mau sekolah ya udah diam ga usah main, ga usah ngapa2 in) bukan mecubit, bukan berteriak. Orang tua harus tau betul apa itu yang menyenangkan, hal yang bermanfaat juga menyenangkan. Sambil bercerita , gunakan peraga seperti boneka tangan, gambar. Usahakan sabar menunggu anak berbicara. Karena anak dalam mengungkapkan kosa kata masih terbatas. Aku ini harus bagaimana dengan anakku yang pendiam. Aku harus bagaimana agar anakku mau dan senang bercerita ke kita. Apapun yang diceritakan anak harus kita dengar. Jangan sedikit2 memarahi, dengarkan dengan penuh perhatian. Kita harus yakin bahwa Allah itu terlibat dalam kehidupan kita. Sampaikan cerita Nabi dan Rosul di usia 3-6tahun. Di masa ini anak percaya, misal kisah Nabi Yunus. Masa berfikirnya masih fantasi. Semua masih dipercaya oleh anak. Ceritanya tentang Nabi diganti kalimatnya dengan kalimat kita yang sesuai umur anak. Cerita Rasul disesuaikan dengan cara berfikirnya, disesuaikan dengan maknanya, agar anak mencintai Rasul dan Allah.
Sumber :
Festa Yumpi. 2019. Parenting skill with cahaya nurani. jember

0 komentar:

Posting Komentar

About