Penentuan Volume Produksi yang
Optimal dengan Metode EPQ
Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan
volume produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai
kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya
permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Menurut
Yamit (2002), permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan
metode Economic Production Quantity (EPQ). Metode EPQ
dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam
artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal
hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada
prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan
produksi (set-up cost).
2.
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai
dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding
cost).
Menurut Handoko (2002), biaya persiapan produksi merupakan
biaya yang harus dikeluarkan sebelum produksi berlangsung. Biaya ini timbul
karena perusahaan memproduksi sendiri bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini
terdiri dari : (1) biaya mesin-mesin menganggur, (2) biaya persiapan tenaga
kerja langsung, (3) biaya scheduling, (4) biaya ekspedisi dan
sebagainya.
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per
periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya
yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
- Biaya
fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau
pendingin)
- Biaya
modal (opportunity cost of capital)
- Biaya
keusangan
- Biaya
perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
- Biaya
asuransi persediaan
- Biaya
pajak persediaan
- Biaya
pencurian, pengrusakan atau perampokan
- Biaya
penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua jenis biaya tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat
persediaan. Biaya persiapan produksi berbanding terbalik dengan tingkat
persediaan. Biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan
(Siagian, 1997). Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan
produksi, tingkat persediaan semakin kecil dan sebaliknya. Bila biaya
penyimpanan semakin besar, tingkat persediaan semakin besar atau sebaliknya.