Sejak beribu-ribu tahun yang
silam terdapatlah di suatu kota yang kuno dua orang bersaudara yang sedang
menyambut terbitnya matahari pagi di rumah mereka pada musim kemarau yang
indah. Rumah tersebut dirindangi dengan pohon-pohon anggur, dikelilingi oleh
pohon yang indah dan anggun, diselimuti udara yang sejuk, dipenuhi dengan bunga
dan pohon, dan semuanya serba indah.
Mereka sedang melihat ibunya yang sedang berjalan di
kebun diantara pohon-pohon dan bunga-bunga. Kemudian terjadilah dialog diantara
mereka berdua:
Adik ; “tidakkah Kau melihat seorang wanita yang lebih cantik dari
temannya, sungguh seakan-akan dia seorang ratu.
Kakak; benar-benar cantik! tetapi tidak seperti ibu
kita, sungguh pakaiannya indah sekali, tetapi wajahnya tidak menampakkkan
sesuatu yang mulia, sedikit lembut dan simpati dan tidak tampak di wajahnya apa
yang tampak pada wajah ibu kita seperti ketenangan, kelapangan dan kelembutan
jiwa serta perasaan yang halus. Ibu kita ibarat ratu yang sesungguhnya.
Adik; Engkau benar wahai saudaraku! di kota ini tidak
ada seorang wanita yang menyerupai sifat ratu kecuali ibu kita tercinta.
Ketika terjadi dialog, ibunya menemui mereka berdua.
Beliau berpakaian putih sangat sederhana, tampak sempurna, penuh wibawa dan
tidak memakai perhiasan cincin di jarinya dan kalung yang gemerlap, hanya
bagian ujung kepalanya dihiasi dengan anyaman pita di rambutnya yang
panjang dan keemasan. Sungguh Allah
telah menganugrahkan kepadanya perhiasan yang berharga berupa senyuman yang
menawan dan wajahnya yang tampak ceria.
Kemudian ibunya menghampiri mereka berdua, “hai anakku !
Aku akan memberitahukan sesuatu kepada kalian berdua!, lalu mereka
memperhatikannya dengan seksama, lantas kakaknya bertanya; berita apa yang Ibu
akan beritahukan kepada kami ?
Beliau menjawab; kalian berdua akan makan siang bersama
kami di kebun ini, dan akan melihat temanku dan permatanya yang indah yang
sering engkau dengar. Lalu mereka terheran-heran dengan permata yang ada di
jari-jari, tangan, leher dan kedua telinganya. Kemudian mereka terkejut dengan
apa yang telah dikatakan ibunya tentang kotak permata milik temannya tersebut.
Dalam hati mereka berkata “tidak mungkin nyonya itu memiliki permata lebih dari
yang ia pakai. Tetapi mereka tetap tenang sampai melihat sesuatu yang
sebenarnya dan menyaksikan sendiri permata berharga yang ada di kotak.
Tetkala mereka semua sarapan siang di kebun, lalu teman
ibunya membuka kotak permata di hadapan mereka. Lantas mereka heran dengan
permata yang ada di kotak tersebut. Didalamnya terdapat kalung dari intan putih
yang berharga, seakan-akan permata itu jarang di jangkau oleh aqal, dilihat
oleh mata. Permata tersebut mengandung unsur emas, intan berlian yang berkilau
dan bersinar seperti sinarnya matahari yang terang, laksana permata ya’qut yang
berwarna biru langit nan jernih.
Mereka melihat permata itu dengan kagum dan lama sekali
memandangnya. Dalam hati adiknya berkata “aku berharap ibuku punya sesuatu dari
permata ini yang berharga dan langka, niscaya dia akan menjadi orang yang
paling baik dalam berhias. Tapi beliau tidak memiliki apapun darinya. Kemudian
kotak tersebut ditutup, lalu dibawa pulang oleh pembantunya.
Setelah itu, dia bertanya kepada ibunya; Apakah benar
apa yang dikatakan orang-orang bahwasanya kamu tidak memiliki permata wahai
Aisyah? Apakah engkau seorang yang fakir seperti yang aku dengar?
Beliau menjawab: tidak! “aku bukan orang yang fakir
seperti yang di duga oleh orang-orang. Tetapi aku adalah seorang yang kaya dan
memiliki perhiasan yang lebih berharga dari permata ini.
Meskipun aku tidak memiliki permata yang indah dan emas
yang berkilau, tapi kedua anakku, Muhammad dan Ali adalah permataku,
perhiasanku, kekayaanku, dan buah hatiku. Di dunia tidak ada permata yang lebih
berharga dari pada kedua anakku yang cerdas dan pintar. Mereka berdua merupakan
contoh anak yang cerdas, pintar, ikhlas dan sempurna.
Kedua anak itu akan selalu ingat kebanggaan terhadap
ibunya dan merasakan cinta kasih seorang ibu, serta berterima kasih atas
didikannya dan rawatannya. Dan ketika di masa yang akan datang mereka menjadi
seorang yang sukses maka pada hari itu mereka akan teringat adegan ini yang
telah diperagakan oleh ibunya di kebun dan mereka akan memujinya dengan
kelembutan hati ibunya.
0 komentar:
Posting Komentar