Mengenai Saya

Foto saya
jember, Jawa timur, Indonesia
Alumni fisika MIPA Universitas Jember

         Bahan Bakar Alternatif Dari Kulit Pisang
           Bahan bakar berbasis minyak bumi memiliki beberapa dampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan, seperti terjadinya polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas CO2, hidrokarbon sisa pembakaran tak sempurna, logam berat Pb akibat penggunaan TEL. Pembakaran yang tak sempurna ini akan menghasilkan gas CO yang menyebabkan penipisan lapisan ozon, padahal lapisan inilah yang melapisi bumi atau sebagai sabuk yang dapat menahan sinar ultra violet dan ppanasnya matahari langsung menerpa bumi. Hal inilah yang menyebabkan pemanasan global sehingga sedemikian mungkin diupayakan untuk mencegahnya. Salah satu upaya pencegahan penggunaan minyak bumi ini yaitu mencari alternatif lain yang dapat dijadikan bahan bakar ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan limbah yang sebenarnya masih dapat digunakan kembali yaitu limbah kulit pisang.
Masyarakat yang mengkonsumsi ataupun mengolah buah pisang menjadi produk olahan seperti pisang sale dan keripik pisang ini, selalu membuang kulit pisang setelah mengkonsumsinya, padahal kulit pisang ini masih memiliki kandungan-kandungan seperti minyak nabati yang dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif. Jumlah kulit pisang yang terdapat pada buah pisang ini cukup banyak, yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang utuh sehingga kulitnya memiliki potensi yang relatif banyak untuk diolah menjadi biodiesel sebagai alternatif bahan bakar solar.
Proses pembuatan biodiesel berbasis limbah kulit pisang ini melalui beberapa tahapan, yaitu pembuatan bubur kulit pisang, rendering kering, pemisahan gum dan sentrifus, penyaringan, transesterifikasi, serta pengadukan dan pemanasan.
1. Pembuatan bubur kulit pisang
            Kulit pisang yang telah dibersihkan dengan air dan diangin-anginkan selama 60 menit, diblender dengan penambahan sedikit air sehingga diperoleh bubur kulit pisang.
  2. Rendering
            Rendering merupakan ekastraksi minyak dari bahan yang mengandung minyak dengan kadar air tinggi. Dalam proses ini digunakan panas yang cukup untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel sehingga dapat mudah ditembus oleh minyak yang terkandung di dalamnya.
            Kulit pisang yang telah halus menjadi bubur kemudian dimasukkan ke dalam ketel yang terbuka yang dilengkapi dengan steam jacket dan alat pengaduk (agitator). Kemudian dilakukan pengadukan dan pemanasan pada suhu 105 0C-110 0C. Dalam pemanasan ini akan dihasilkan ampas bubur kulit pisang yang mengendap pada dasar ketel dan minyak yang terapung sehingga minyak dapat diambil melalui bagian atas ketel.
3. Pemisahan Gum dan Sentrifus
            Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Getah atau lendir ini terdiri atas fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin. Proses ini dilakukan dengan cara dehidratasi gum atau kotoran lain agar bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak yang kemudian dilakukan proses sentrifus. Pada waktu proses sentrifus, ditambahkan bahan kimia yang dapat menyerap air, misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu minyak pada waktu proses sentrifusi berkisar antara 32-50C dan pada suhu tersebut kkentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak.
            Proses pemisahan gum ini digunakan untuk menghilangkan lendir dan getah-getah yang terdapat pada minyak kulit pisang. Kemudian minyak kulit pisang ini dipompakan ke heater dan dipanaskan dengan suhu 80 0C. Setelah dipanaskan melalui heater, minyak kulit pisang dipompakan ke separator untuk menghilangkan gum berupa lendir dan kotoran. Agar bahan lebih mudah terpisah dari minyak kulit pisang, proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum yang dilanjutkan dengan proses sentrifus. Proses sentrifus dilakukan dengan penambahan air pada puncak menara separator ke dalam minyak yang selanjutnya disentrifusi sehingga bagian gum dapat dipisahkan dari minyak kulit pisang.
 4. Penyaringan
            Proses penyaringan minyak yang telah melalui tahap degumming dan sentrifus dilakukan agar diperoleh minyak yang lebih murni dan bebas dari benda-benda asing yang tidak diinginkan. Sebelum dilakukan proses transesterifikasi, dilakukan pengujian kuantitatif minyak kulit pisang untuk menentukan jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak. Pengujian bilangan asam ini dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan dengan jumlah miligram KOH 0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan asam = (A x N x 56,1) : G
A                     = jumlah ml KOH untuk titrasi
N                     = normalitas larutan KOH
G                     = bobot sampel (gram)
56,1                 = BM KOH
5. Transesterifikasi
Proses transesterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis ataupun tanpa menggunakan katalis. Proses ini pada umumnya menggunakan katalis basa berupa NaOH, KOH, dan NaHCO3. Akan tetapi, penggunaan abu tandan kosong kelapa sawit ternyata dapat menciptakan proses katalisasi yang lebih efektif. Selain itu, kita juga dapat mengatasi masalah limbah tandan kosong kelapa sawit dengan menambah nilai guna dari kelapa sawit itu sendiri.
Transesterifikasi dilakuan dengan menggunaka peralatan yang khusus, dimana alat tersebut memiliki pemanas listrik, termometer, pengaduk magnet, dan sistem pendingin terpadu yang bekerja secaa simultan. Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan tandan kosong kelapa sawit terlebih dahuli kemudian dicampur dengan metanol selama kurang lebih 2 hari pada suhu kamar. Agar didapatkan rasio yang sesuai untuk volume tertentu dari ekstrak abu tandan kosong kelapa sawit, dilakukan pencukupan dalam pencampurannya dengan metanol. Metanol yang ditambahkan pada abu tandan kosong kelapa sawit ini digunakan agar diperoleh senyawa metoksi yang diperlukan saat reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi ini dilakukan dengan mereaksikan senyawa metoksi yang telah terbentuk dengan minyak kulit pisang. Kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama kurang lebih 2 jam yang dilanjutkan dengan proses penyaringan dengan kain atau kapas sehingga diperoleh biodiesel yang diinginkan.


0 komentar:

Posting Komentar

About